0

[Apa Kabar Indonesia] Starving Children on Madaya

Day 04 of 99


Apa kabar Indonesia? Sudahkah kita menyempatkan untuk sejenak bersyukur hari ini? Jika belum, maka bersyukurlah sekarang. Paling tidak, bersyukurlah karena kita masih merasakan nikmat menjadi seorang muslim dan tinggal di Indonesia.

Bersyukurlah. Karena kita jauh lebih beruntung dibandingkan dengan saudara-saudara kita di Timur Tengah, khususnya di Suriah. Jika peristiwa teror bom Thamrin saja sudah membuat masyarakat Indonesia resah, maka bagaimana keresahan saudara kita yang setiap harinya mendapat teror bom yang datang dari segala penjuru? Jika impian kita masih skala dunia dan bersifat materi (ingin menjadi ini dan itu. Ingin beli ini dan itu. Ingin mendapat ini dan itu), maka impian saudara kita nun jauh di daerah konflik sudah jauh sampai langit tingkat ke tujuh. Beyond the see. Beyond the inspiration.

Masihkah kita belum bersyukur? Bahkan dengan kondisi kekinian saudara kita di beberapa wilayah Suriah? Atau mungkin kalian tak mengetahuinya? Bahwa para pembawa teror bagi saudara kita semakin brutal dan kosong manusiawi setelah mereka tak bisa menghentikan rakyat Suriah dengan berbagai jenis senjata. Kini mereka beralih memeranginya dengan kelaparan.


Ya. Para pembawa teror telah mengepung saudara-saudara kita Di kota-kota Madaya, Baqin, dan Zabadani di pedesaan Damaskus sejak Juli lalu. Setidaknya terdapat lebih dari 50 ribu warga sipil, dimana sebagian besar adalah kaum perempuan dan anak-anak, kekurangan makanan, obat-obatan, dan air bersih.

Kalimat “kami lapar” terdengar nyaring. Bukan kalimat “kami ingin bermain”, “kami ingin mainan” dan kalimat lainnya, seperti anak-anak normal lainnya ucapkan. Kalimat “kami lapar”, bagai radio rusak, terus diulang-ulang oleh anak-anak Suriah. Setiap hari. Setiap mereka merasakan rasa lapar mendera. Kalimat biasa yang faktanya sulit untuk dikabulkan. Bagai memakan buah simalakama, jika mereka tidak makan, mereka tewas. Jika mereka berupaya mengambil makanan di luar area pengepungan, maka mereka harus berhadapan dengan ranjau darat yang sengaja ditanam. Ranjau, yang minimal membubuhkan luka pada tubuh mereka. Ranjau, yang bisa membuat mereka kehilangan nyawa dan kesempatan untuk memberi anak-anak makanan.

Walaupun sudah ada berita yang bisa dikonfirmasi dan banyak foto-foto tragis yang bertebaran di dunia maya, artinya dunia sudah mengetahuinya, namun kondisi kota Madaya dan Zabadani masih sama, bahkan semakin buruk dari hari ke hari. Para pembawa teror telah membungkam keceriaan anak-anak Suriah. Membawa mereka ke dunia kelam penuh kesedihan tanpa tenaga. Mereka bagai „tulang berbalut kulit“.

Sungguh, kata-kata dan lukisan bahkan tak mampu mendeskripsikan kesengsaraan yang mereka alami secara lahiriah. Lantas, bagaimana bisa kami mendeskripsikan bagaimana perasaan mereka sesungguhnya? Lantas, bagaimana pandangan mereka terhadap kami? Kami. Saudara seakidah mereka nan jauh di sana yang hidup penuh kedamaian hingga lalai pada aturan-Nya. Aahhh, saya lupa, Allah SWT saja bisa kami lupakan, apalagi hanya kalian yang sesama manusia?

“Dan Sesungguhnya Kami jadikan isi jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyaki qalbu, tidak dipergunakannya untuk berfikir. Dan mereka mempunyai mata, tidak dipergunakannya untuk melihat. Dan mereka mempunyai telinga, tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.“ (TQS al-A`raaf : 179)



0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.