Laman

Saturday, 29 March 2014

[Dialogue] Memilih Setia pada Islam

gambar google

Aku sangat suka membuka obrolan dengan para pedagang saat aku kebetulan membeli dagangannya. Apapun bisa menjadi bahan obrolan. Beberapa pedagang sudah seringkali terlibat percakapan denganku karena memang tingginya intensitas aku membeli di tempat tersebut. Beberapa pedagang makanan bahkan sudah tau seleraku tanpa harus kuberitahu sebelumnya.

Obrolan dengan para pedagang kuakui sangat menarik. Salah satunya saat seorang pedagang bertanya kepadaku..
Mang A           : “Pemilu pulang ngga?“
Nisya               : “Ngga Mang, saya golput.“ (sambil meringis ketawa menunggu jawabannya)
Mang A           : (tersenyum puas) ”Bagus. Bagus.”

Jangan bilang-bilang, sebetulnya aku tak pernah benar-benar menjadi golput. Karena yang aku ingin adalah memilih aturan Islam bukan aturan demokrasi. Jika memang ada calon-calon pemimpin bangsa yang akan menegakkan Islam secara kaffah, tanpa ragu, PASTI akan aku pilih. Hanya saja, keadaannya kini, jika aku memilih maka sama saja dengan memberikan cek kosong tanpa aku tahu berapa nominal yang akan diisi. Lagian fakta perubahan mendasar (revolusi) tak terjadi lewat jalur pemerintah bukan? revolusi orde baru ke reformasi cukup menjadi fakta bagiku.

No comments:

Post a Comment