[Apa Kabar Indonesia] Gita Wirjawan

Quelle : profil.merdeka,com

SONG OF THE DAY

Snada - Saat Azal Menjelang [ download ]

Intinya, kita harus berpikir tentang langkah-langkah

yang membawa manfaat bagi masyarakat luas,

bukan semata melindungi kepentingan sebagian kecil pengusaha

yang memang warga Indonesia

yang belum tentu berpikir tentang kepentingan orang banyak

.......

Gita Wirjawan

 Siapa yang tidak mengenal Gita Wirjawan? Beliaulah sosok sang Mentri Perdagangan. Dalam majalah 2014 disebutkan bahwa beliau sering dituduh sebagai agen neoliberalisme atau kacung kepentingan asing. Maklum, beliau adalah ‘anak emas’ bangsa yang pernah mengenyam pendidikan di Harvard. Aku memang masyarakat yang awam dalam bidang ekonomi. Hanya saja aku paham bahwa ekonomi Indonesia masih dikuasai oleh asing dan perekonomian yang ada kini tak kunjung mensejahterakan masyarakat. Bahkan kesenjangan terjadi dimana-mana.

Untuk quote yang beliau sampaikan di atas. Sedikitnya aku merasa rancu, aneh, dan tak begitu paham apa yang ada dalam pemikiran beliau. Pantas saja banyak yang menuduh beliau antek asing. Karena aku saja menginterpretasikan dengan interpretasi yang buruk. Yang aku tangkap adalah, “Demi manfaat masyarakat luas, tidak apa usaha yang ada dalam masyarakat mati, toh mereka belum tentu ‘ngeh’ akan kesejahteraan masyarakat. Makanya ngga papa investor masuk ke Indonesia. Semakin banyak semakin bagus.”

Ckckck... Pertanyaannya, sebetulnya Indonesia ini punya siapa? Apakah tidak cukup, emas di freeport, migas di natuna dan blok cepu yang notabenenya sektor hulu dikuasai asing? Akhirnya sektor hilir pun juga harus dikuasai asing? Kasian banget masyarakat Indonesianya. Dia harus bersaing memenangkan tender di negrinya sendiri.

Betul banget memang, ketika investor datang, penghasilan dari pajak pun melimpah. Catat, penghasilan dari pajak. Misalnya satu hari pendapatan dari freeport adalah Rp10.000.000,- dan indonesia mendapat pajak 5%, maka yang didapat Indonesia hanya Rp500.000,-. Rugi ngga sih? Dan mau sampe kapan negara terus-menerus bersandar pada pajak? Mau tunggu sampai Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia HABIS? Kayaknya udah telat deh kalo gitu...