0
[Islamologi] Sebuah Cerita dalam Layar Besar
Ada
yang pernah bertanya padaku saat kami membuat lingkaran kecil di masjid. Agenda
rutin kami seminggu sekali. Seorang adik bertanya tentang kebolehan menonton
bisokop. Aku sedikit heran. Pertanyaan ini pernah juga terlintas di pikiranku. Pada
saat itu, aku suka sekali aktifitas menonton. Terutama film-film baru yang
ditayangkan di bioskop. Kutanyakan padanya intensitas ia pergi ke Bioskop.
Ahhh, ternyata adik ini suka sekali menonton bioskop.
Yahh, bioskop memang menjadi pilihan bagi
sebagian orang untuk melepaskan penat dan sesak kehidupan. Baik itu sendiri,
bersama pasangannya ―legal dan ilegal―, ataupun ramai-ramai bersama sanak dan
saudaranya. Tidak kita pungkiri bahwa semua aktifitas bisa terjadi di bioskop.
Tidak saja hanya terpaku pada tontonan. Well,
kita semua cukup tahu banyak pasangan yang akhirnya melakukan aktifitas
romantisme aji mumpung karena moment
remang-remang dalam bioskop.
Memang akhirnya banyak muslim yang tidak
mengerti akan aturan yang telah Allah berikan bagi pria dan wanita. Memang apa?
Ahh, kau tahu, hukum asal pria dan wanita itu terpisah. Mereka seharusnya
berjalan sendiri-sendiri. Karena kutub mereka memang berbeda. Utara dan
selatan. Selama waktu dan tempatnya belum tepat, maka ia wanita dan pria harus
dibiarkan terpisah.
Tak ada seharusnya dalam kamus pria dan wanita
kata ikhtilath (bercampur-baur)
terlebih khalwat (berdua-duaan). Tenang,
selalu ada keluasan hukum syara pada aturan Islam. Bukankah yang haram bisa
jadi mubah? Terlepas memang ada pengkhususan kondisi disana. Begitu juga dalam
aturan pria dan wanita. Dalam ruang publik kita dapat seiring sejalan dalam
lima hal. Pendidikan, pernikahan, tolong-menolong, jual-beli dan dalam aspek
hukum.
Memang Islam sangat membolehkan aktifitas
menonton, tak ada larangan untuk itu. Dan bioskop pun sama halnya dengan
kendaraan umum, ada aktifitas jual-beli disana. Yang dipermasalahkan di sini
adalah aktifitas lain yang terjadi di Bioskop. Terlebih kebanyakan film yang
diputar adalah film bertema cinta dan horor yang tidak selalu horor.
Akan berbeda ceritanya ketika kita dapat
menjamin keamanan dalam bioskop. Pria
dan wanita duduk secara terpisah. Tak ada aktifitas lain. Hanya terpaku pada
layar. Yang pergi ke bioskop pun harus bersama mahramnya. Dan, tak ada bioskop
yang buka hingga larut malam.
See? Seorang muslim haruslah sangat
berhati-hati pada apa yang dikerjakannya. Ia akan meneliti hingga detail apakah
Allah SWT ridho. Sampai seperti itu. well, ini adalah kondisi idealisnya. Realitas
sekarang? Kita punya jawaban masing-masing.
Post a Comment