0

[Islamologi] Mendefinisikan “Darurat”

Day 05 0f 99


“Aah ngga papa… Darurat ini.” Kalimat ini seringkali terlontar melalui mulut kaum muslim saat mendapati kondisi tak memungkinkan demi melaksanakan suatu syariat Islam secara sempurna. Faktanya, kaum muslim kekinian di hadapkan dengan tembok penghalang besar demi sempurnanya setiap amal perbuatan berdasar syariat. Pemahaman dan metode berpikir Barat misalnya, telah mendarah daging dalam lini-lini kehidupan hingga berakhir pada kemunduran pelaksanaan hukum syara. Kaum muslim akan memilih sesuatu yang mudah –jalan pintas. Jalan alternatif– dan tetap dalam jalur esensi Islam dengan mengamalkan fikih “darurat”.

Kata “darurat“ seakan menjadi kambing hitam, seakan-akan darurat itulah kerangka yang umum untuk fikih. Bahkan, definisi “darurat“ di sandarkan pada masing-masing keadaan kaum muslim yang akan berbeda satu sama lain. Tentu, jika terus berkembang, hal ini akan menjadi momok berbahaya yang menghancurkan kaidah fikih itu sendiri.

0

[Apa Kabar Indonesia] Starving Children on Madaya

Day 04 of 99


Apa kabar Indonesia? Sudahkah kita menyempatkan untuk sejenak bersyukur hari ini? Jika belum, maka bersyukurlah sekarang. Paling tidak, bersyukurlah karena kita masih merasakan nikmat menjadi seorang muslim dan tinggal di Indonesia.

Bersyukurlah. Karena kita jauh lebih beruntung dibandingkan dengan saudara-saudara kita di Timur Tengah, khususnya di Suriah. Jika peristiwa teror bom Thamrin saja sudah membuat masyarakat Indonesia resah, maka bagaimana keresahan saudara kita yang setiap harinya mendapat teror bom yang datang dari segala penjuru? Jika impian kita masih skala dunia dan bersifat materi (ingin menjadi ini dan itu. Ingin beli ini dan itu. Ingin mendapat ini dan itu), maka impian saudara kita nun jauh di daerah konflik sudah jauh sampai langit tingkat ke tujuh. Beyond the see. Beyond the inspiration.

Masihkah kita belum bersyukur? Bahkan dengan kondisi kekinian saudara kita di beberapa wilayah Suriah? Atau mungkin kalian tak mengetahuinya? Bahwa para pembawa teror bagi saudara kita semakin brutal dan kosong manusiawi setelah mereka tak bisa menghentikan rakyat Suriah dengan berbagai jenis senjata. Kini mereka beralih memeranginya dengan kelaparan.

0

[Islamologi] Memahami Predikat Perbuatan Hasan dan Qobih

Day 03 of 99

Perbuatan manusia sesungguhnya adalah materi belaka. Ia mampu dijangkau dan diindera. Oleh karenanya manusia membuat penentuan terhadap predikat perbuatan yang dilakukan. Entah mereka sifati dengan khayr-syarr atau hasan-qabih. Hanya saja penentuan predikat perbuatan tidak bisa disifati melalui zatnya. Predikat perbuatan sesungguhnya bisa ditentukan melalui unsur luar. Saya menganalogikan layaknya kalimat utuh. Jika hanya terdapat predikat saja, maka kalimat tersebut menjadi bias. Untuk memahami predikatnya, kita membutuhkan subjek, objek, dan keterangan.

0

[Tahukah Kamu] 1% Rich 99% Poor

Day 02 of 99


Tahukah kamu, bahwa 1% orang terkaya dunia memiliki kekayaan yang setara dengan 99% penduduk dunia? Pernyataan tersebut nyata berdasarkan penelitian lembaga Oxfam. Lembaga yang concern demi mengurangi kemiskinan dunia.

Setidaknya untuk berada pada posisi 10% orang terkaya dunia, seseorang harus miliki kekayaan senilai US$68.800 atau sekitar Rp960 juta. Sementara untuk berada di posisi 1%, seseorang harus miliki kekayaan senilai US$760.000 atau sekitar Rp11 miliar. Angka yang sangat fantastis.

Keadaan ini wajar ketika sistem kapitalisme-sekulerisme masih digunakan dalam setiap lini-lini kehidupan. Sistem ini ditopang oleh pemilik modal demi keuntungan sebesar-besarnya dalam ekonomi pasar. Sayangnya label “pemilik modal“ tidak bisa disematkan kepada siapa saja. Ia disematkan kepada siapa saja yang memiliki kekayaan.

0

[Percikan] Prasangka (Buruk) Manusia

Day 1 of 99


Manusia senantiasa diliputi prasangka yang jika tidak berupa prasangka baik, maka berupa prasangka buruk. Sayangnya, prasangka baik sulit didapati kekinian. Saya malah mendapati kebanyakan prasangka manusia adalah prasangka buruk. Prasangka ini seringkali dibiarkan berkembang terburu-buru tanpa diimbangi dengan analisis mendalam terhadap fakta. Manusia seringkali larut dengan hal-hal yang ada di permukaan. Prasangka membuat yang samar menjadi semakin samar hingga tak terlihat. Tidak berlebihan jika saya berpendapat bahwa prasangka adalah pangkal manusia menjadi tidak bijaksana. Bukankah Allah telah ingatkan kita mengenai prasangka dalam firman-Nya?

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu mempergunjingkan sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha penyayang.” (TQS. Al-Hujurat : 12)

0

[Review] One Day One Post (ODOP) for 99 Days

Posted by Unknown on 00:05 in , ,
Bismillah.

Fakta bahwa sudah lama saya tidak menulis dan membuat postingan menjadi alasan baik bagi saya untuk mengawali tahun 2016 ini dengan kembali menulis. Kembali membuat postingan karena postingan terakhir saya sudah sangat lama. Bulan Juni, itupun hanya sebuah quote.

Menulis memang harus menjadi habits jika tidak ingin mengulang lagi dari awal. Bayangkan saja, untuk membuat satu postingan ini, saya membutuhkan waktu relatif lama. Tangan pun sering berhenti memainkan tuts-tuts keyboard laptop sebab ide tak kunjung terang.

Oleh karena itu, demi kembali menghidupkan habits yang teronggok di laci terdalam pemikiran saya, saya mencoba untuk memaksa diri demi menulis. Saya akan mencoba challengeOne Day One Post” for 99 Days. Challenge ini bukan merupakan pesan berantai yang dikirimkan kepada saya dan harus saya lanjutkan kepada orang lain. Saya mengetahui challenge ini saat mengunjungi facebook Mbak Nurisma Fira yang juga tengah membuat challenge yang sama diblog beliau.

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.