0
[Apa Kabar Indonesia] Starving Children on Madaya
Posted by Unknown
on
08:13
in
apa kabar indonesia,
blogging,
dakwah,
harapan,
one day one posting,
suriah
Day 04 of 99
Apa kabar
Indonesia? Sudahkah kita menyempatkan untuk sejenak bersyukur hari ini? Jika belum,
maka bersyukurlah sekarang. Paling tidak, bersyukurlah karena kita masih merasakan
nikmat menjadi seorang muslim dan tinggal di Indonesia.
Bersyukurlah. Karena
kita jauh lebih beruntung dibandingkan dengan saudara-saudara kita di Timur
Tengah, khususnya di Suriah. Jika peristiwa teror bom Thamrin saja sudah
membuat masyarakat Indonesia resah, maka bagaimana keresahan saudara kita yang setiap
harinya mendapat teror bom yang datang dari segala penjuru? Jika impian kita
masih skala dunia dan bersifat materi (ingin
menjadi ini dan itu. Ingin beli ini dan itu. Ingin mendapat ini dan itu),
maka impian saudara kita nun jauh di daerah konflik sudah jauh sampai langit
tingkat ke tujuh. Beyond the see. Beyond the
inspiration.
Masihkah kita
belum bersyukur? Bahkan dengan kondisi kekinian saudara kita di beberapa
wilayah Suriah? Atau mungkin kalian tak mengetahuinya? Bahwa para pembawa teror
bagi saudara kita semakin brutal dan kosong manusiawi setelah mereka tak bisa menghentikan
rakyat Suriah dengan berbagai jenis senjata. Kini mereka beralih memeranginya
dengan kelaparan.
Ya. Para pembawa
teror telah mengepung saudara-saudara kita Di kota-kota Madaya, Baqin, dan
Zabadani di pedesaan Damaskus sejak Juli lalu. Setidaknya terdapat lebih dari 50
ribu warga sipil, dimana sebagian besar adalah kaum perempuan dan anak-anak,
kekurangan makanan, obat-obatan, dan air bersih.
Kalimat “kami lapar”
terdengar nyaring. Bukan kalimat “kami ingin bermain”, “kami ingin mainan” dan
kalimat lainnya, seperti anak-anak normal lainnya ucapkan. Kalimat “kami lapar”, bagai radio rusak, terus diulang-ulang oleh
anak-anak Suriah. Setiap hari. Setiap mereka merasakan rasa lapar mendera. Kalimat
biasa yang faktanya sulit untuk dikabulkan. Bagai memakan buah simalakama, jika mereka
tidak makan, mereka tewas. Jika mereka berupaya mengambil makanan di luar area
pengepungan, maka mereka harus berhadapan dengan ranjau darat yang sengaja
ditanam. Ranjau, yang minimal membubuhkan luka pada tubuh mereka. Ranjau, yang
bisa membuat mereka kehilangan nyawa dan kesempatan untuk memberi anak-anak
makanan.
Walaupun sudah
ada berita yang bisa dikonfirmasi dan banyak foto-foto tragis yang
bertebaran di dunia maya, artinya dunia
sudah mengetahuinya, namun kondisi kota Madaya dan Zabadani masih sama,
bahkan semakin buruk dari hari ke hari. Para pembawa teror telah membungkam
keceriaan anak-anak Suriah. Membawa mereka ke dunia kelam penuh kesedihan tanpa
tenaga. Mereka bagai „tulang berbalut kulit“.
Sungguh, kata-kata dan
lukisan bahkan tak mampu mendeskripsikan kesengsaraan yang mereka alami secara
lahiriah. Lantas, bagaimana bisa kami mendeskripsikan bagaimana perasaan mereka
sesungguhnya? Lantas, bagaimana pandangan mereka terhadap kami? Kami. Saudara
seakidah mereka nan jauh di sana yang hidup penuh kedamaian hingga lalai pada
aturan-Nya. Aahhh, saya lupa, Allah SWT saja bisa kami lupakan, apalagi hanya kalian
yang sesama manusia?
“Dan Sesungguhnya Kami jadikan isi jahannam kebanyakan
dari jin dan manusia. Mereka mempunyaki qalbu, tidak dipergunakannya untuk
berfikir. Dan mereka mempunyai mata, tidak dipergunakannya untuk melihat. Dan mereka
mempunyai telinga, tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah
orang-orang yang lalai.“ (TQS al-A`raaf : 179)
Post a Comment