0

[Review] Miracle in Cell No.7 (2013)

gambar google

Jika ingin melihat bagaimana sebuah hukum buatan manusia bekerja, tak ada salahnya jika kalian menonton film korea keluaran tahun 2013 ini. Bertajuk Miracle in Cell No.7, penonton akan diajak untuk menyelami ketidakadilan kehidupan yang dialami oleh Ye-seung (Kal So-won) dan ayahnya Yong-goo (Ryoo Seung-Ryong) yang memiliki keterbelakangan mental. Jujur saja, film ini berhasil membuatku menangis berdarah-darah dan semakin membenci demokrasi.

Konflik utama film ini bermula hanya karena keinginan Ye-seung untuk membeli tas terakhir bergambar tokoh fiksi favoritnya, Sailormoon di etalase sebuah toko. Malang, tas tersebut malah dibeli oleh orang lain.
Suatu hari anak dari pembeli tas sailormoon itu datang kepada Yong-goo demi menunjukkan tas sailormoon lain yang bisa Yong-goo beli untuk anaknya. Yong-goo mengikuti langkah anak tersebut dengan gembira. Anak tersebut berjalan beberapa langkah darinya. Saat ia menyusulnya, anak tersebut telah tergeletak tak berdaya. Dari kepalanya keluar darah yang masih segar.


Yong-goo pun panik dan bersegera memberi pertolongan pertama. Yong-goo melakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) yang pernah ia pelajari. Namun niat baiknya malah dilihat oleh seorang wanita sebagai tindak perkosaan. Ditambah dengan fakta bahwa putri tersebut adalah seorang komisaris polisi, menyebabkan Yong-goo harus menelan pil pahit atas tuduhan penculikan, pemerkosaan, dan pembunuhan.

Tentu dengan ketidakadilan yang dialami Yong-goo terdapat pihak baik yang membantu atas kasus ini. Pihak baik ini adalah ketua sipir penjara yang menemukan kecurigaan atas bukti di lapangan, lima orang teman narapidana satu sel Yong-goo yang membuat hari-hari Yong-goo dipenjara tidak flat, bahkan Ye-seung sendiri. Bagaimana ending dari kisah ini? Silahkan temen-temen untuk menonton film ini sampai habis. Jangan lupa siapkan tisu ya…

Dari sudut pandangku, film ini bukan hanya kisah mengenai cinta seorang ayah dan anaknya, juga bukan hanya kisah persahabatan yang dibangun dalam sel. Lebih dalam lagi, kisah ini adalah kisah nyata tentang hukum yang ada kekinian. Jika menonton film ini, kalian akan mendapati bahwa pepatah, “hukum: tumpul ke atas, tajam ke bawah”, nyata adanya. Hukum yang mampu diputarbalikkan sesuai dengan kepentingan seseorang oleh orang-orang penting.

Menurutku, selama praktik hukum buatan manusia tetap eksis, keadilan tak akan pernah terealisasi secara sempurna. Pun, karena Marzuki Ali telah menyampaikan dalam sebuah kesempatan bahwa, “Solusi Pemerintah bukanlah solusi pegadaian yang menyelesaikan masalah tanpa masalah“, maka sudah seharusnya kita mencari solusi lain yang bukan berasal dari Islam. Solusi ini adalah solusi Islam yang menerapkan aturan-aturan buatan Allah yang sampai saat ini belum dilirik oleh manusia.



0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.