0
[Review] Miracle in Cell No.7 (2013)
Posted by Unknown
on
02:32
in
apa kabar indonesia,
aturan islam,
film bagus,
khilafah islamiyah,
puzzle kehidupan,
review,
sempurna
![]() |
gambar google |
Jika ingin
melihat bagaimana sebuah hukum buatan manusia bekerja, tak ada salahnya jika
kalian menonton film korea keluaran tahun 2013 ini. Bertajuk Miracle in Cell
No.7, penonton akan diajak untuk menyelami ketidakadilan kehidupan yang dialami
oleh Ye-seung (Kal So-won) dan
ayahnya Yong-goo (Ryoo Seung-Ryong)
yang memiliki keterbelakangan mental. Jujur saja, film ini berhasil
membuatku menangis berdarah-darah dan semakin membenci demokrasi.
Konflik utama film ini bermula
hanya karena keinginan Ye-seung untuk membeli tas terakhir bergambar tokoh
fiksi favoritnya, Sailormoon di etalase
sebuah toko. Malang, tas tersebut malah dibeli oleh orang lain.
Suatu hari
anak dari pembeli tas sailormoon itu
datang kepada Yong-goo demi menunjukkan tas sailormoon
lain yang bisa Yong-goo beli untuk anaknya. Yong-goo mengikuti langkah anak
tersebut dengan gembira. Anak tersebut berjalan beberapa langkah darinya. Saat ia
menyusulnya, anak tersebut telah tergeletak tak berdaya. Dari kepalanya keluar
darah yang masih segar.
Yong-goo pun panik
dan bersegera memberi pertolongan pertama. Yong-goo melakukan CPR (Cardiopulmonary Resuscitation) yang
pernah ia pelajari. Namun niat baiknya malah dilihat oleh seorang wanita
sebagai tindak perkosaan. Ditambah dengan fakta bahwa putri tersebut adalah seorang
komisaris polisi, menyebabkan Yong-goo harus menelan pil pahit atas tuduhan
penculikan, pemerkosaan, dan pembunuhan.
Tentu dengan
ketidakadilan yang dialami Yong-goo terdapat pihak baik yang membantu atas
kasus ini. Pihak baik ini adalah ketua sipir penjara yang menemukan kecurigaan
atas bukti di lapangan, lima orang teman narapidana satu sel Yong-goo yang membuat
hari-hari Yong-goo dipenjara tidak flat,
bahkan Ye-seung sendiri. Bagaimana ending
dari kisah ini? Silahkan temen-temen untuk menonton film ini sampai habis. Jangan
lupa siapkan tisu ya…
Dari sudut
pandangku, film ini bukan hanya kisah mengenai cinta seorang ayah dan anaknya,
juga bukan hanya kisah persahabatan yang dibangun dalam sel. Lebih dalam lagi,
kisah ini adalah kisah nyata tentang hukum yang ada kekinian. Jika menonton
film ini, kalian akan mendapati bahwa pepatah, “hukum: tumpul ke atas, tajam ke
bawah”, nyata adanya. Hukum yang mampu diputarbalikkan sesuai dengan
kepentingan seseorang oleh orang-orang penting.
Post a Comment