0
[Catatan Harian] Apa Kata Pedagang
Posted by Unknown
on
06:14
in
catatan harian,
laugh,
live,
love,
masalah,
pedagang,
puzzle kehidupan
SONG OF THE DAY
Saujana - Patah Hati [ download ]
Its shopping time! Syutt, karena butuh. Beberapa minggu lalu aku dan
seorang teman menyempatkan diri berbelanja ke pasar baru. Yang kami tuju adalah
toko kain yang kebanyakan milik orang India untuk dijahit menjadi jilbab. Pagi-pagi
kami sudah siap walaupun cuaca mendung sempat menggoyahkan kepergian kami. Dari Jatinangor kami menggunakan bus Damri jurusan Elang
dan dilanjut dengan menaiki bus kota setelah turun di terminal Leuwi Panjang.
Sebenarnya
aku tak bermaksud berpanjang lebar bercerita tentang perjalananku kali ini. Aku
hanya mencoba berbagi pengalaman unik yang aku dapatkan. Sebagai mahasiswa yang
berkutik dalam linguistik, kehidupan sehari-hari adalah prospek penelitian
utama kami. Dan ya, sedikitnya aku menjadi terobsesi dengan komunikasi
nonverbal yang menjadi fokus skripsi. Semua orang kuteliti dan kuamati
keunikannya. Dan targetku kali ini adalah para pedagang yang kutemui saat aku
berbelanja,
Tipe
pertama, adalah pedagang yang pintar sekali bersilat lidah. Jam terbangnya
layaknya politisi yang mampu ngeles dan menjilat rakyat. Sulit sekali
mendapatkan harga deal dari pedagang
tipe ini karena pembeli akan senantiasa kalah. Jika saja masih ada toko yang
menjual bahan denim dan jeans di Pasar Baru, pasti aku akan memilih untuk
pindah lapak.
Aku :
“Mba udah beli banyak nih, dikurangi ya...“ #CringCring
Penjual : “Kalo dikurangi nanti jadi
cingkrang Teh gamisnya.”
Haha. Aku
mati kutu. Tindak lokutif ku berhasil, dan ilokutifku berhasil walau Si Pedagang pura-pura tak mengerzi. Namun tindak perlokutif tak sampai sama sekali kepada Si Penjual.
Tipe kedua, adalah pedagang yang harus mengalami ”ancaman” terlebih
dahulu sebelum akhirnya harga deal
didapat. Pedagang tipe ini kebanyakan mikir dan terkadang sangat mengesalkan. Dan
yang paling mengesalkan adalah ketika pedagang tersebut mengambil harga tinggi
padahal aku tahu harga pasarannya. Ini terjadi saat salah satu teman kostku
menitip membeli sepatu cross yang
harga dipasaran hanya kisaran Rp50.000 – Rp55.000. Si pedagang membandrol harga
Rp80.000 awalnya dan tidak ingin mengurangi harganya sama sekali. Baru ketika
aku ”mengancam” akan mencari ke lapak lainnya, harga deal pun didapat. Aku berhasil menawar hingga harga Rp60.000. Peace,
walaupun masih gondok juga dihati.
Terakhir, tipe ketiga yang aku dapati hari itu adalah pedagang yang
sudah menurunkan dulu sebelum adanya penawaran harga dari para pembeli. Temanku
yang membeli sepatu yang lumayan menguras kantong, mendapatkan potongan harga
Rp50.000 tanpa harus perang otot.
Penjual : ”Spesial Teh,
ini sebenarnya harganya Rp350.000, tapi saya kurangi jadi
Rp300.000 aja.
Ini pedagang yang paling cerdas diantara pedagang tipe pertama dan
kedua. Namun dibandingkan kedua pedagang sebelumnya, aku paling tidak suka
pedagang tipe ini. Dan karena aku pun tidak tahu harga, akhirnya hanya bisa ikhlas
menerima saja dan garuk-garuk kepala.
Nah, daripada mendapati tipe pedagang ―yang pasti ada― seperti contoh di atas. Aku lebih baik dari awal
sudah memiliki toko langganan. Toko yang sudah pasti memiliki harga yang lebih
murah dibanding toko-toko lainnya. Makanya, di awal aku sudah menjelajahi pasar
baru dan memiliki toko langganan. Ini akan
mengefektifkan waktu belanja dan tentu menghemat pengeluaran.
Jika aku
newbie dalam sebuah barang yang aku
butuhkan, aku akan bertanya dulu kepada yang sudah expert. Entah itu bertanya kepada teman atau bertanya kepada mbah
google. Ini sebagai patokanku untuk menawar dan agar aku tak kena tipu-tipu. Oleh
karena itu, aku jarang sekali tertipu dalam berbelanja.
Tapi yang
paling penting, berbelanjalah secukupnya. Tak perlu membeli segala yang kau
inginkan. Cukup bersederhana dengan segala yang kau butuhkan. Jika tak bisa window shopping, jangan pernah
langkahkan kakimu ketempat belanja yang memiliki banyak lapak. Jangan lupa,
berbagi kebahagiaan dengan bersedekah di tempat dan kepada orang yang tepat.
Post a Comment