0
[Percikan] Memaknai Kehidupan
Banyak
yang beranggapan hidup sebagai ajang pembuktian akan eksistensi diri.
Bahwasanya aku, seorang yang bukan apa-apa, suatu saat nanti (pasti) akan
menjadi “seseorang” yang besar. Seperti motivasi bukan? Motivasi kehidupan yang
sungguh hanya tampak sebagai balas dendam akan ketidakadilan yang terjadi di
sekelilingnya.
Lantas ketika sampai satu titik dimana ia
berhasil dengan “pembuktiaan”nya dan ia mendapat pujian dari lingkungannya.
Apakah hidup ini akan berhenti?
Banyak pula yang beranggapan bahwa hidup hanya
sekali. Terlalu berat jika memikirkan segalanya. Let it flow. Biarkan seperti air yang mengalir. Ngomong-ngomong
tentang air yang mengalir, apakah ia akan selalu bermuara pada lautan?
Bagaimana jika muara hidup kita bukanlah lautan, tapi tempat kotor layaknya
comberan?
Sampai pada titik ini, apakah kehidupan kita
akan berhenti?
Pernah mendengar quote ini? “Muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga”. Do you think it make sense? Aku tak
habis pikir dengan manusia yang berpandangan seperti ini. Apakah mereka pikir
hidup selalu akan berjalan lancar? But in
reality, life is never flat, right?
Banyak makna kehidupan yang tertoreh dalam
jiwa-jiwa setiap insan. Dari sana, banyak interpretasi akan kehidupan yang
tentunya berbeda pula. Banyak sekali, manusia yang pada akhirnya terlelap oleh
gemerlap dunia. Lupa akan kehidupan yang sementara. Asyik mengumpulkan
pundi-pundi harta, tapi lupa mengumpulkan pundi-pundi pahala. Untuk kesenangan
dunia, halal-haram tak jadi panduan, hingga akhirnya kebablasan. Manusia,
manusia, ghorizah baqomu mengalahkan ghorizah tadayun.
Interpretasi manusia pasti berbeda. Salah benar,
menjadi relativ. Yang mutlak? Entahlah. Lupa bahwa kita memiliki buku panduan
penggunaan kehidupan. Al-Quran dan sunnah.
Maka penting memaknai kehidupan. Karena hidup ini sementara, hanya seperti pengembara. Ia akan kembali pada kampung halamannya. Maka disarankan memilih jalan pulang yang tepat. Agar tak terjerat dalam lembah kesesatan. Hingga tak tahu arah. Tentukan sekarang arah hidupmu. Mau dibawa kemana, pun tergantung pilihanmu. :)
Maka penting memaknai kehidupan. Karena hidup ini sementara, hanya seperti pengembara. Ia akan kembali pada kampung halamannya. Maka disarankan memilih jalan pulang yang tepat. Agar tak terjerat dalam lembah kesesatan. Hingga tak tahu arah. Tentukan sekarang arah hidupmu. Mau dibawa kemana, pun tergantung pilihanmu. :)
Post a Comment