0

[Percikan] Keliru Part 2


Masih ingat dengan cerita pendek “Keliru”? Kali ini aku akan memcoba mengalurkan makna dari cerita yang amat sederhana ini. sederhana bukan berarti kosong makna bukan? Lewat kesederhanaannya tersirat makna yang sangat dalam. insyaAllah. Tapi tentunya, kita samakan dulu persepsinya. Tak ada persepsi kapitalisme apalagi sosialisme. Persepsi yang kita pakai adalah islam.


Kita tahu, bahwa sang anak dalam cerpen tersebut keliru. Ia tak bisa membedakan antara buah dan akar. Konyol. Tapi nyatanya “orang dewasa” seperti kita pun sering melakukan kekeliruan yang bahkan lebih konyol dari anak dalam cerita.

“Orang dewasa” memang tidak mungkin salah dalam membedakan benda. Tapi terkadang kita keliru dalam memandang permasalahan yang menimpa. Hingga berdampak pada pemecahan yang juga keliru.

Misalkan saja, ada bendungan di sebuah tempat yang akan hancur karena volume debit air yang mencapai batas maksimal. Ini adalah permasalahan besar yang menimpa masyarakat sekitar bendungan. Tapi “orang dewasanya” keliru memandang permasalahan ini. Mereka mengkerdilkan bahaya yang akan menimpa. “Aah, hanya tinggal menutup pintu saja. Done.” Itulah yang ada dibenak seluruh “orang dewasa”nya.

Maka saat bendungan itu mencapai usianya. Saat Air tumpah bak air terjun, menimpa rumah-rumah. Masyarakat tetap tenang karena telah menutup rapat-rapat pintunya. Mereka pun berakhir dengan konyol.

Pragmatis? Benar, mereka hanya melihat yang ada di depan matanya. Tapi tak memandang jauh menembus tembok. Mereka pun tak dapat terbang melihat apa yang sebenarnya terjadi.

Sama halnya dengan kasus-kasus yang menimpa Indonesia. Dari mulai permasalahan politik, ekonomi, sosial, pendidikan dll. Permasalahan yang selalu saja menimpa Indonesia dari tahun ke tahun. Mungkin saja kita keliru, seperti anak kecil yang keliru mengira akar ternyata hanya buah. Seperti “orang dewasa” ―yang pragmatis― yang keliru mengira cukup menutup pintu tanpa memperbaiki bendungan.

            Ya, mungkin pemerintah keliru dalam mengambil kebijakan. Mereka hanya menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang tampak seperti “akar” tapi ternyata hanya buahnya saja. Hanya produk. Terang saja masalah tak pernah rampung, tapi malah menumpuk saat hari semakin tua. Dan membuat masyarakat semakin apatis.

0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.