0
[Catatan Harian] Tips untuk Menghindari Ikhtilat
Tips ini
merupakan hasil dari pengalamanku untuk menghindari ikhtilat. Yang harus
disadari bahwa memegang aturan Islam secara kaffah hari ini memang seperti
menggenggam bara yang panas. Tak jarang malah aturan Islam berseberangan dengan
budaya Indonesia. Terkadang dikutuk karena sombong dan kurang sopan. Tapi lebih
dari itu, aku lebih suka jika ada sesuatu dalam diriku yang tak mengenakkan,
bicara dan konfirmasi mengapa aku bersikap seperti itu serta tidak menjudgje
seenaknya. This is it:
Pertama, dalam kendaraan umum, aku akan menghindari kendaraan umum yang penuh,
yang memungkinkan aku untuk berdesak-desakan dengan laki-laki. Aku menghindari
pergi sendirian, dan memilih seorang teman untuk menemaniku. Paling tidak aku
akan aman dari duduk bersama laki-laki. Jika aku terpaksa pergi sendirian, terutama
saat harus pulang ke Serang, walaupun kursi masih banyak tersisa kosongnya, aku
lebih memilih untuk duduk disebelah perempuan atau mengambil single seat yang ada di sebelah supir. Untuk
menghindari perbincangan, biasanya aku akan langsung tidur sesaat setelah
kendaraan umum tersebut melaju. Jika masuk waktu yang dimakruhkan untuk tidur,
maka aku akan mengambil ear phone dan
buku untuk kubaca.
Kedua, dalam undangan acara-acara, aku akan memastikan apakah acaranya diadakan
terpisah antara laki-laki dan perempuannya. Jika tidak, maka aku akan menolak
secara halus dan jujur. Biasanya alasan yang kulontarkan adalah, „ada acara
lain yang lebih urgent“ atau „aduh,
saya ngga bisa kalo acaranya cewek dan cowok. Bisa adain terpisah ngga?“. Jika
yang mengundang adalah sama-sama pengemban dakwah, aku akan jujur mengatakan
hukum ikhtilat yang berlaku dalam Islam.
Empat
tahun lalu, jika aku diberitahu tentang aturan Islam yang tidak populer, aku
pasti akan mengumpat dan menyebut „fanatik amat sih!“. Tapi sekarang, aku akan
lebih legowo dalam menjalani aturan-aturan Allah. Aku mendengar dalilnya dan
aku taat. Sesederhana itu.