0

[Percikan] Tentang Amalan Manusia

“Sesungguhnya Allah mencatat kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan. Lalu Allah menjelaskannya. Siapa saja yang bermaksud mengerjakan kebaikan dan tidak dia kerjakan, Allah mencatat di sisi-Nya untuk orang itu satu kebaikan yang sempurna. Jika dia bermaksud mengerjakan kebaikan dan dia kerjakan, Allah mencatat di sisi-Nya untuk orang itu sepuluh kebaikan sampai tujuh ratus kebaikan hingga kelipatan yang sangat banyak. Sebaliknya siapa saja yang bermaksud mengerjakan keburukan yang tidak dia kerjakan, Allah mencatatkan di sisi-Nya untuk orang itu satu kebaikan yang sempurna. Jika dia bermaksud mengerjakan keburukan dan dia kerjakan, Allah mencatatkan untuk dia satu keburukan (HR Bukhari, Muslim, Ahmad)

fimadani.com
Mungkin jawabannya akan benar jika seluruh umat muslim ditanya siapa malaikat yang bertugas mencatat amal kebaikannya. Namun jika menyangkut tentang amalan perbuatan itu sendiri, seringkali manusia lupa bahwa kebaikan dan keburukan atas perbuatannya akan dicatat, bahkan tidak akan ada yang luput.

Walaupun kita tidak mampu memprediksi seberapa persen kebaikan dan keburukan kita berbuah pahala dan dosa, paling tidak melalui hadits di atas dijelaskan bagaimana Allah swt memperlakukan kebaikan dan keburukan yang dilakukan oleh manusia. Penjelasan ini termaktub melalui empat kondisi:


Pertama, kondisi saat seorang muslim bermaksud melakukan kebaikan tetapi nyatanya tidak dikerjakan a.k.a baru niat. Untuk kebaikan yang tidak terlaksana ini Allah hadiahkan kasih atas hamba-Nya sehingga dicatat sebagai satu kebaikan sempurna. Alhamdulillah ya.

Kedua, kondisi saat seorang muslim betul-betul melaksanakan kebaikan yang ia niatkan. Untuk kebaikan yang sempurna ini tak tanggung-tanggung Allah limpahkan kebaikan 10 kali lipat sampai 700 kali lipat, dan dengan kehendak Allah terdapat hamba-hamba yang kebaikannya Allah lipatgandakan lebih dari itu. Kehendak Allah tersebut dilandasi atas sempurnanya keikhlasan yang dibungkus dengan sejauh mana keutamaan kebaikan dalam hati, besar-kecilnya pengorbanan, dan sejauh mana keperluan terhadap kebaikan itu. Semoga kita merupakan hamba yang Allah kehendaki tak terhingganya balasan pahala atas kebaikan. Aamiin.

Ketiga, kondisi saat seorang muslim bertekad melakukan keburukan lalu tidak ia lakukan semata-mata karena Allah. Untuk keburukan yang tak sempat ini, Allah sertakan pengampunan dan satu kebaikan yang sempurna. Melalui Rasul saw, Allah berfirman,
“Jika hamba-Ku ingin melakukan keburukan, maka jangan kalian catat hingga ia melakukannya. Jika ia melakukannya maka catatlah satu semisalnya. Jika ia meninggalkan karena-Ku maka catatlah untuk dia satu kebaikan.“ (HR Bukhari)

Kondisi ketiga cukup complicated sebab banyak kasus yang menyertainya. Misalnya, jika seorang hamba tidak melakukan kejahatan tersebut selain karena Allah atau karena riya, maka perbuatannya tetap mengandung dosa.

Jika waktu yang menghalangi ia tidak melakukan keburukan sedang dalam hatinya tidak pernah ada keinginan untuk mengganti niatnya, perbuatannya pun tetap dinilai dosa. Begitu pula ketika ia membicarakan niatan buruknya walaupun tak pernah melakukannya, perbuatannya pun ternilai dosa. Maka memang benar adanya pepatah “Mulutmu harimaumu”. Sebelumnya, Allah pun telah mengingatkan,
”Sesungguhnya Allah mengabaikan (tidak menghukum) umatku karena apa yang diniatkan di dalam hatinya selama ia tidak membicarakannya atau melakukannya.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, an-Nasai, Ahmad)

Keempat, kondisi dimana seorang muslim telah melaksanakan keburukan. Untuk itu Allah hanya mencatat sebagai satu keburukan dan tidak melipatgandakannya hingga sepuluh atau 700 kali keburukan. fuuiih, sangat bersyukur. Bahkan, jika Allah berkehendak, keburukan yang terlaksana bisa saja terhapus oleh kebaikan yang juga dilakukan, serta bisa saja Allah beri pengampunan.

Keempat kondisi ini, seharusnya sudah cukup bagi kita untuk senantiasa mengingat Allah dalam setiap tarikan nafas yang ada. Seharusnya sudah cukup bagi kita untuk melakukan muhasabah atas amalan yang kita lakukan di akhir waktu keseharian. Walaupun tak mampu dan tak akan sanggup hitungan kita atas dosa dan pahala amalan hamba. Setidaknya kita mampu menimbang sejauh mana kebaikan atas keburukan kita.




0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.