![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiaw1-gd8Bp5pU10LhmZm8oiHmAxtwPwGer260IKWhDwzr0dyhjCbVTb8bAJOJYPv1MTeh0cSCdWzpit7vpR0ZL-pzlK1YZ5SbLIroisY-8vmFRHO5VETSTgKTmev_hDXgn-0YeN08_qTk0/s400/parodi-palsu-2.jpg) |
tribunnews.com |
Beberapa waktu
belakangan, negeri ini digemparkan dengan kemunculan beberapa hal yang
mengandung kepalsuan. Tersebut beras palsu, yang ditengarai terkandung bahan plastik
di dalamnya. Ijazah palsu pun marak. Belum lagi fenomena kosmetik palsu, lensa
kontak palsu, lada palsu, susu palsu, pupuk palsu, dan uang palsu. Pun tidak
terlewatkan janji-janji palsu dari para politisi dan para pemimpin negeri ini.
Faktanya, fenomena
ini adalah kejadian yang selalu berulang dengan cara yang semakin kreatif dan
semakin membuat warga cemas. Jika ditilik dari motifnya, paling tidak terdapat
dua motif yang pada awalnya berhukum mubah
jika diwujudkan dengan cara yang benar sesuai aturan Islam. Pertama, motif
ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dengan cepat dan besar. Kedua motif
politik demi meraih jabatan dan kekuasaan. Namun kemunculan beberapa hal yang
mengandung kepalsuan kekinian menandakan bahwa motif ekonomi maupun motif
politik diwujudkan dengan menghalalkan segala cara, walaupun sampai merugikan
masyarakat kebanyakan.
Semua itu terjadi
karena berpangkal pada pemikiran sekularisme yang memisahkan agama dari
kehidupan. Meletakkan pahala dan dosa seakan terpisah dari apa yang manusia
perbuat dalam urusan kehidupannya. Sekularisme jualah yang menjadi biang
kemunculan mental-mental para pemalsu. Kita harus menyadari bahwa sistem ini
memiliki kecacatan bahkan sejak lahirnya. Pemalsu janji politik yang terus
berulang adalah salah satu contohnya. Sistem demokrasi sekularisme mendorong
para calon pemimpin negeri berlomba-lomba dengan segala cara demi memikat
rakyat agar memilih mereka. Para pemalsu ini pun menebar benih-benih janji yang
tidak dapat dipertanggungjawabkan perwujudannya. Di sisi lain, para pemalsu
barang-barang masih leluasa akibat penanganan oleh aparat yang terkesan lambat
dan tidak tuntas.
Negeri ini sudah
terlampau banyak bencana akibat ulah tangan manusianya. Terutama akibat
kesombongan atas pemakaian hukum demokrasi sekularisme dibandingkan aturan
mulia Sang Pencipta dan Pengatur. Sungguh, selama sistem demokrasi terus menerus
dipertahankan maka para pemalsu ini akan terus menerus menjamur. Para pemalsu
pun seakan menjadi sebuah konsekuensi sebab-akibat dan ciri dari pelaksanaan
sistem ini. Dan sungguh, satu-satunya solusi baik jangka pendek dan jangka
panjang adalah kembali kepada fitrah kemusliman manusia, yaitu bertaqwa dengan
sebenar-benarnya taqwa, termasuk ke dalamnya taqwa dalam menggenapi syariah
Allah dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiyah.