0

[Catatn Harian] Perkara Sholat

Bahkan dalam membuat jalan pun terdapat aturannya

Kali ini saya akan membagikan sedikit cerita perjalanan mudik tahun lalu. Well, ceritanya sedikit tidak mengenakkan bagi saya. Dan mungkin, beberapa teman pernah mengalami hal yang serupa seperti apa yang saya alami.

Saya lupa tepatnya kejadian ini terjadi, apakah pada saat perjalanan mudik atau pulangnya. Tapi masih membekas di memori layaknya melihat langsung hingga saya akan berpikir ribuan kali untuk sholat di sana. Ya. Ini adalah tentang sebuah bangunan tempat ibadah umat muslim. Masjid.

Keluarga saya bilang ini adalah masalah sepele dan agaknya saya menyikapi secara berlebihan. Tapi ngga buat saya. Ini masalah sholat yang merupakan tiang agama. Amalan pertama yang akan dihisab di akhirat kelak. Yang mencegah lagi menghindarkan dari perbuatan keji. Saya dan kaum muslim lainnya pasti menginginkan kesempurnaan dalam prosesnya. Salah satunya adalah pada saat akan berwudhu.


Saat saya akan berwudhu, saya mendapati sebuah pemandangan dimana tempat wudhu maupun kamar mandi dipisahkan oleh kolam besar yang mau tidak mau harus dilalui. Ngga ada jalan lain. Seingat saya, air di kolam tersebut paling tidak setinggi betis saya. Sudah dapat di bayangkan, saya harus nyebur dalam kondisi kaos kaki terpakai dan pakaian yang tidak boleh terangkat karena akan terlihat auratnya. Dengan kata lain saya basah. Atau saya harus melepas kaos kaki dan mengangkat tinggi-tinggi pakaian saya seperti orang-orang lainnya. Yang satu ini lebih impossible.

Dan drama lainnya adalah, jam sudah menunjukkan pukul 05.30 pagi hingga saya harus bersegera sholat subuh. Saya tidak mungkin merengek pada ayah untuk mecari masjid lain. Dengan mata yang berurai air mata karena marah, saya mengambil langkah untuk pergi ke rumah masyarakat. Meminta izin untuk mengambil air wudhu di kamar mandinya. Untungnya diizinkan dan saya berhasil sholat.

Saat selesai sholat, masih ada sisa-sisa air mata karena marah. Saya benar-benar menyayangkan bagaimana pada masa kekinian, bahkan untuk melaksanakan kewajiban individual saja sulit luar biasa. Saya ingat seorang teman mengatakan bahwa terdapat penetapan aturan tertentu untuk membuat jalan. Saya pun termenung, untuk sebuah jalan saja terdapat aturannya, kenapa yang berhubungan dengan ibadah wajib tidak menyertakan aturan demi memudahkan pelaksanaannya? Sebut saja, misalnya aturan pembuatan tempat ibadah harus memperhatikan aturan dimana hukum asal ikhwan dan akhwat adalah terpisah. Maka buatlah tempat wudhu untuk akhwat sehingga tak ada akses sedikitpun bagi ikhwan dapat melihat aurat akhwat. Memperhatikan pintu keluar untuk ikhwan dan akhwat yang harus terpisah. Pun dengan hijab yang tinggi dan tidak carang antara jamaah ikhwan dan akhwat.

Ah, saya semakin merindukan kondisi dimana ibadah menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Seperti pada saat kondisi saat Rasulullah masih ada, khulafaurrasyidin pun masih ada, sampai akhir kekhilafahan Turki Utsmani. Semoga Ramadhan ini, nasrullah akan penegakan Khilafah akan menghampiri umat-umatnya yang yakin.



0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.