0
[Catatn Harian] Perkara Sholat
Posted by Unknown
on
00:04
in
catatan harian,
kepribadian islam,
khilafah islamiyah,
mudik,
sambutlah khilafah
Bahkan dalam membuat jalan pun
terdapat aturannya
Kali ini saya akan membagikan
sedikit cerita perjalanan mudik tahun lalu. Well,
ceritanya sedikit tidak mengenakkan bagi saya. Dan mungkin, beberapa teman
pernah mengalami hal yang serupa seperti apa yang saya alami.
Saya lupa tepatnya kejadian ini terjadi, apakah pada saat perjalanan
mudik atau pulangnya. Tapi masih membekas di memori layaknya melihat langsung
hingga saya akan berpikir ribuan kali untuk sholat di sana. Ya. Ini adalah
tentang sebuah bangunan tempat ibadah umat muslim. Masjid.
Keluarga saya bilang ini adalah masalah sepele dan agaknya saya
menyikapi secara berlebihan. Tapi ngga buat saya. Ini masalah sholat yang
merupakan tiang agama. Amalan pertama yang akan dihisab di akhirat kelak. Yang mencegah lagi menghindarkan dari perbuatan
keji. Saya dan kaum muslim lainnya pasti menginginkan kesempurnaan dalam
prosesnya. Salah satunya adalah pada saat akan berwudhu.
Saat saya akan berwudhu, saya mendapati sebuah pemandangan dimana tempat
wudhu maupun kamar mandi dipisahkan oleh kolam besar yang mau tidak mau harus
dilalui. Ngga ada jalan lain. Seingat saya, air di kolam tersebut paling tidak
setinggi betis saya. Sudah dapat di bayangkan, saya harus nyebur dalam kondisi
kaos kaki terpakai dan pakaian yang tidak boleh terangkat karena akan terlihat
auratnya. Dengan kata lain saya basah. Atau saya harus melepas kaos kaki dan
mengangkat tinggi-tinggi pakaian saya seperti orang-orang lainnya. Yang satu
ini lebih impossible.
Dan drama lainnya adalah, jam sudah menunjukkan pukul 05.30 pagi hingga
saya harus bersegera sholat subuh. Saya tidak mungkin merengek pada ayah untuk
mecari masjid lain. Dengan mata yang berurai air mata karena marah, saya
mengambil langkah untuk pergi ke rumah masyarakat. Meminta izin untuk mengambil
air wudhu di kamar mandinya. Untungnya diizinkan dan saya berhasil sholat.
Saat selesai sholat, masih ada sisa-sisa air mata karena marah. Saya benar-benar
menyayangkan bagaimana pada masa kekinian, bahkan untuk melaksanakan kewajiban individual
saja sulit luar biasa. Saya ingat seorang teman mengatakan bahwa terdapat
penetapan aturan tertentu untuk membuat jalan. Saya pun termenung, untuk sebuah
jalan saja terdapat aturannya, kenapa yang berhubungan dengan ibadah wajib
tidak menyertakan aturan demi memudahkan pelaksanaannya? Sebut saja, misalnya aturan
pembuatan tempat ibadah harus memperhatikan aturan dimana hukum asal ikhwan dan
akhwat adalah terpisah. Maka buatlah tempat wudhu untuk akhwat sehingga tak ada
akses sedikitpun bagi ikhwan dapat melihat aurat akhwat. Memperhatikan pintu keluar untuk ikhwan dan akhwat yang harus terpisah. Pun
dengan hijab yang tinggi dan tidak carang antara jamaah ikhwan dan akhwat.
Ah,
saya semakin merindukan kondisi dimana ibadah menjadi lebih mudah dan
menyenangkan. Seperti pada saat kondisi saat Rasulullah masih ada,
khulafaurrasyidin pun masih ada, sampai akhir kekhilafahan Turki Utsmani. Semoga
Ramadhan ini, nasrullah akan
penegakan Khilafah akan menghampiri umat-umatnya yang yakin.
Post a Comment