0
[Catatan Harian] Rindu yang Membeku
Kebekuan ini kuberi nama rindu. Tegak, kokoh, bagaikan karang yang berada
dalam lautan badai.
Aneh, rindu ini tak juga mencair. Lautan membadai saja tak bisa meretakkan kebekuan ini.
Lalu bagaimana harus kucairkan? sementara semakin mengeras saja kerinduan ini.
Aneh, rindu ini tak juga mencair. Lautan membadai saja tak bisa meretakkan kebekuan ini.
Lalu bagaimana harus kucairkan? sementara semakin mengeras saja kerinduan ini.
Semarak ramadhan terasa indah. Hanya satu yang terasa kurang. Keluarga. Ya,
awal Ramadhan pertama yang kulalui tanpa keluarga disampingku. Tidak ada Ibu,
Ayah dan adik. Sebuah pilihan berat kuambil, menetap di perantauan. mengambil
sejenak semester alih tahun demi sekedar memendekkan usia perkuliahan. Dan ini
memang sebuah pilihan yang sangat berat.
Aku, yang lahir dari ayah dan ibu yang sangat memanjakan buah hatinya. jika
bisa, kedua orangtuaku, seperti para peri di negri dongeng, mengabulkan setiap
permintaan buah hatinya. Tanpa syarat, tanpa pamrih. Mengingat ini, rinduku
semakin membeku.
Ibu, Ayah yang selalu menanyakan kabarku setiap waktu. Entah itu
mengingatkanku untuk makan atau sekedar menanyakan kabarku hari ini. Dan ini
semakin memperparah kebekuan. Aku merindukan keberadaanku ditengah-tengah
mereka.
Rindu ini semakin memuncak, tatkala sebuah duri mengganjal hatiku. Duri
kecil yang membuatku rapuh. Sungguh menahan kebekuan ini sangatlah sulit.
Ditambah duri kecil yang semakin menusuk. Lelah.
Kadang, keinginan untuk mencairkan rindu ini mengalahkan pikiran jernih.
hingga sebuah suara mengingatkan, "Bersabar membuatmu lebih dewasa".
Kemudian, pikiran jernih pun kembali. Bahwa penantianku ini, tak sebanding
dengan penantian seorang istri yang ditinggal berjihad oleh suaminya. Bahwa
penantianku ini, sangat, sangat tidak sebanding dengan penantian seorang hamba
yang rindu pada Sang Pencipta-Nya.
Aku, jika dibandingkan dengan mereka, maka terlihatlah kepicikan diri ini.
Diri yang sungguh sangat rapuh, tanpa Keluarga. Tapi tak begitu rapuh saat hati
ini jauh dari Sang Maha Pembolak-Balik Hati.
Ya Allah, aku merindukan keluargaku. Ingin berada ditengah-tengah
kehangatannya. Tapi syurga-Mu begitu indah untuk kuabaikan. Tapi ilmu-Mu begitu
sayang untuk kulewatkan. Maka sabarkan aku Ya Allah. Hingga saatnya tepat,
hingga ridha-Mu kudapat.
Sabarkan aku Ya Allah.
Sabarkan aku Ya Allah.
Sabarkan aku Ya Allah.
Aamiin...
Dengan
penuh kerinduan, Tulisan ini kubuat di tengah malam Ramadhan
Sabarkan aku Ya Allah.
Sabarkan aku Ya Allah.
Sabarkan aku Ya Allah.
Aamiin...
Post a Comment