0

[Islamologi] Susunan Puzzle yang Utuh : Keimanan yang Kaffah

Posted by Unknown on 19:22 in , , ,

Dan bahwa Islam adalah kebenaran. Dapat dipastikan adanya.
Tak hanya sebatas dogma. Ini rasional. Dapat dibuktikan.

            Tak ada alasan lagi kini, ketika sebuah pertanyaan terlempar : “Kenapa kamu beragama Islam?” dengan mantab, kini terjawab. “Karena Islam rasional”. Tak ada lagi jawaban, “Mmm, karena kebetulan keluarga saya Islam”. Atau “karena cinta, saya masuk Islam”.

            Jika islam dianut atas keraguan dan perasaan, maka tak akan sempurna keimanannya. Keimanan bukan faktor genetik yang mampu diturunkan. Orangtua seorang ulama belum tentu Sang anak ulama. Keimanan tak lagi murni jika sebab ihwalnya pernikahan. Karena manusia.

Tak ada ketundukan di dalamnya. Sami’na wa ato’na (saya mendengar dan saya taat). Karena pola pikirnya tidak seimbang dengan pola sikap. Islam sih. Tapi liberal. Ngga sholat. Ngga berkerudung dan berjilbab. Pacaran, nanti-nanti aborsi. Bahkan nol kepedulian terhadap sesama muslim.

            Inilah yang terjadi di seluruh penjuru negri-negri Islam. Tanpa terkecuali. Keimanan yang utuh, semakin hari semakin terkikis. Banyak faktor memang. Dimulai dari faktor individu itu sendiri, kontrol masyarakat dan negara.

            Dari faktor individunya. Kita mengindera lemahnya keimanan ummat islam. Islam dimomor sekiankan. Lupa. Allah swt sang Maha Pemberi. Sibuk mencari kebahagiaan yang terukur hanya dengan harta. Rendah. Tapi begitulah wajah umat muslim kini. Bukan umat terbaik.

Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang makruf, mencegah yang munkar,
dan beriman kepada Allah. (Ali Imran [3]: 110)

Mungkin Allah SWT salah. Aahh.. tapi Allah tak pernah salah. Hanya kita saja yang menjauh dari Islam, terpesona oleh kemilau dunia. Buta. Tidak bisa lagi membedakan sunnah dan wajib. Terindera dari lebih banyaknya jama’ah sholat hari raya dibanding sholat jum’at. Atau bahkan malah sering melalaikan yang wajib? Jika dilihat dari presentasi muslimah yang tak menutup aurat.

Individu yang ngaco seperti ini bisa ditutupi bila ada kontrol masyarakat yang baik. Memiliki solidaritas tinggi. Melakukan aktifitas amar ma’ruf nahi munkar. Individu yang ngaco pun akhirnya tersadar dari aktifitas tak syar’inya. Tapi ini adalah kondisi masyarakat yang ideal. Fakta kekinian Indonesia tak menunjukkan masyarakat yang 100% ideal. Masyarakat tak lagi memaknai satu kesatuan. Seperti di pelajaran kewarganegaraan yang paling diingat, bahwa haruslah kita mendahului kepentingan umum dibandingkan pribadi. Itu dulu, ketika budaya ketimuran masih mendominasi. Berbeda dengan sekarang yang lebih menjunjung individualitas. Maka peran kontrol masyarakat pun terdegradasi.

Peran negara adalah puncak solusi yang paling besar. Negara yang mampu mengondisikan masyarakatnya menjadi masyarakat yang islami. Membuat sekat dan batas sesuai dengan standardisasi hukum Allah SWT. Namun kondisi negara ―di Indonesia saja― tidak merepresentatifkan demikian. Yang ada negara lewat tangan pemerintah sibuk memperkaya diri, lupa akan janji manis saat kampanye. Korupsi merajalela. Kpk yang sejatinya dibentuk untuk memberantas korupsi, sampai sekarang tak mampu. Indonesia pun tak mampu berdikari ―seperti yang pernah disumpahkan Bung Karno―. Sibuk menjilat pada asing. Lupa pada masyarakat. Bagaimana pula memikirkan perkara keimanan umat? Yang sifatnya individualistis.

Ingatkah engkau pada Umar? Salah satu khalifah ―pengganti― Rasulullah. Beliau secara masif terjun ke masyarakat, memastikan terpenuhinya kebutuhan rakyat. Sampai menanyakan perkara shalat.

             Keimanan memang perkara individu. Tapi negara memiliki tanggung jawab untuk menjaga keimanan tersebut. Dalam arti lain, negara menjauhkan kaum muslim dari ―contohnya― misionaris. Sehingga mudah umat muslim memiliki ketundukan terhadap aturan Allah SWT. Tak ada lagi alasan “belum dapat hidayah” atau “belum siap”.

              Begitulah keimanan terbentuk. Ia lahir dari pemikiran yang mendalam bukan sekedar perasaan. Ditopang oleh individu itu sendiri. Dibentengi oleh kontrol masyarakat. Terjaga oleh negara. Dan keimanan takkan mengalami pasang surut. Ia akan stabil. Cenderung meningkat. Keimanan yang sangat idealis manakala dakwah dan jihad hidup.

0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.