0

[Islamologi] Kepingan Terakhir Puzzle Keimanan : Rasulullah, Sang Pembawa Islam

Posted by Unknown on 05:52 in , , ,

Perjalanan hidup Rasulullah, adalah lautan yang luas membentang,
Dengan kebeningan airnya yang kebiruan.
Di sana tersimpan pesona alami nan abadi.
Tiada mata yang bosan memandang.
Tiada hati yang jemu menikmati.
Tiada berhenti orang menyelami.
Karena sosok beliau, adalah pesona sepanjang masa.
(Sirah Nabawiyah, Syaikh Shafiyyurahman Al-mubarakfuri)
 
        Beliau laksana mercusuar di tengah kegelapan malam lautan. Ia membantu kapal-kapal agar tak kehilangan arah, hingga kapal pun tak menabrak karang penyebab karam. Dan akhirnya kapal-kapal merapat di pelabuhan, tempat yang di tuju.

Mercusuar dan benda-benda lainnya tak akan pernah mampu menjadi sebuah pengandaian yang tepat untuk beliau, Sang kekasih Allah. Seorang yang akhirnya membawa sebuah agama yang telah Allah SWT ridhoi.
“....Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,
dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.....” (Al-Maidah : 3)

Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul-Muththalib. Allah SWT pun telah menjaga namanya hingga beliau lahir. Tersebut hanya ada enam  orang yang bernama Muhammad pada saat itu. Bibit, bebet, dan bobot Rasulullah pun terhormat. Bagaimana tidak? Kedua orangtua Rasulullah SAW merupakan keturunan Adam yang paling mulia kebangsawanannya dan paling terhormat nasabnya. 

Akhlak beliau yang mulia pun terpancar dari dirinya. Beliau bagai salju abadi, tak mencair, ditengah-tengah pedihnya padang pasir. Beliau selalu memberi kesejukan dalam setiap kata, tindakan, pun saat beliau sedang diam. Ketinggian akhlak beliau termaktub dari hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a :
“Akhlak Rasulullah SAW adalah al-Qur’an.” (HR. Muslim)

            Sebuah judgment terkait akhlak Rosulullah, ketika kini banyak umat yang dengan ketundukan hatinya berkomitmen dalam dakwah atas dasar akhlak. Maka sebuah pertanyaan besar. Baikkah berdakwah atas dasar akhlak? Mungkin pembahasan ini akan saya urai nanti.

            Dan begitulah Rasulullah SAW, dengan dibekali segala kemuliaan, beliau memulai perjuangan menegakkan agama Allah SWT ketika berusia 40 tahun. Perjuangan yang membutuhkan pengorbanan. Tidak hanya harta, tenaga, tapi jiwa. Dan mulai detik ini tak ada waktu istirahat lagi untuk beliau.

            Hidupnya beliau dedikasikan untuk dakwah. Dakwah sebagai poros hidup. Agar agama ini tak hanya sampai pada dirinya, tapi dapat berkembang hingga menyejahterakan. Begitulah islam, lewat lisan, perbuatan dan diamnya Rosulullah, islam yang datang dalam keadaan terasing kini berkembang hingga seluruh dunia.

            Perjuangan beliau tak kenal lelah. Hanya ada keikhlasan yang menyertai setiap perjuangannya. Hanya ada semangat yang menghiasi peluh-peluh pengorbanan. Ketinggian cinta akan Islam termaktub dalam sebuah hadits :
“Demi Allah, andai saja mereka bisa meletakkan matahari di tangan kananku,
dan bulan di tangan kiriku, (lalu mereka minta) agar
aku meninggalkan urusan (agama) ini, maka demi Allah,
sampai urusan (agama) itu dimenangkan oleh Allah,
atau aku binasa di jalannya, aku tetap tidak akan meninggalkannya.” (HR. Ibn Hisyam)   

            Cintanya pun suci untuk umatnya. Beliau seperti tak pernah ada waktu untuk memikirkan dirinya sendiri. Ingatkah? menjelang masa akhir Rasulullah. Kecemasannya bukan termaktub akan hidupnya kelak di akhirat. Juga bukan cemas memikirkan warisan untuk keluarganya. Tapi beliau, dengan cemasnya memikirkan nasib umatnya, nasib agama Allah sepeninggal beliau.

            Kini, bertahun-tahun setelah Rasulullah wafat, ketika kita berkaca pada kondisi umat Islam. Kecewakah beliau? Masing-masing diri pasti punya jawaban.

0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.