0

[Catatan Harian] Sekat dan Batas

Posted by Unknown on 09:40 in , , ,

Sekat bukan berarti terkekang...
Batas bukan berarti tegas berhenti...
Sekat mengajari kita untuk tak terlampau batas...
Batas mengajari kita untuk tetap berpijak di Bumi-Nya...
Lewat sekat dan batas, kita belajar untuk bersabar...


Pasti ada beberapa hal yang menarik setiap akhir dari mata kuliah Dasar-dasar Filsafat (DDF) yang kuambil saat semester pendek lalu. Menarik, tapi selalu membuat pusing kepalaku kambuh. Bagaimana tidak, karena filsafat mengharuskan aku untuk berpikir mendetail.

Tapi dibalik itu, aku bersyukur, ketika mata kuliah ini kuambil, telah kutemukan kebenaran sejati : ISLAM. Islam sebagai sebuah prinsip, akan menjadi pegangan dalam melangkah dan memutuskan pilihan. Prinsip ini pun kupegang (lebih) erat saat berbicara mengenai filsafat. Filsafat, sebagai seni untuk bertanya, hingga didapatkan jawaban yang tersusun sistematis. Lingkupnya pun luas, tentang manusia, tentang kehidupan bahkan eksistensi Tuhan.

Pertanyaan dalam filsafat dapat dikatakan wajar, karena pertanyaan inilah yang sering terlintas dalam pikiran manusia. Jika saja kita tidak hati-hati, maka terjerumuslah kita dalam cara berpikir yang salah.

Ya, tidak sedikit seorang filsuf yang akhirnya tidak mengakui eksistensi Tuhan, atau ia lebih memilih mempercayai kekuatan yang melebihi manusia tapi tak mengejawantahkan kepercayaannya dalam agama tertentu.
Dan inilah kisahku bersama DDF hari ini...

Seperti biasa, kelas diawali dengan sebuah presentasi menarik. Kali ini berjudul "Aliran-Aliran dalam Filsafat". Presentasi berakhir dan tiba giliran untuk bertukar pikiran. Sebuah  pertanyaan mengenai kebenaran pun terlontar, diskusi pun menjadi berwarna. Sang dosen menjawab, intinya,  bahwa, memang benar kebenaran relatif. dicontohkan bahwa Pancasila memang menjadi sebuah falsafah yang benar untuk bangsa Indonesia yang plural dan heterogen. Tapi bisa menjadi sebuah hal yang salah ketika pancasila dihadapkan kepada masyarakat Jepang yang cenderung homogen.

Maka kebenaran menjadi relatif tergantung budaya, lingkungan dan fakta yang ada saat itu. Itu yang kutangkap dari jawaban Sang Dosen. Rasa penasaran pun menggelitik dalam otak. Aku tertarik untuk bertanya. "Lalu Pak, apakah kebenaran dari Tuhan pun relatif?"

Sang dosen tersenyum. Agak panjang penjelasan yang beliau paparkan. Tapi masih kuingat dengan jelas perkataan beliau, bahwa, "Ya, kebenaran dari Tuhan pun bersifat relatif. Tergantung dari cara pandang masing-masing penganutnya. Itulah yang disebut dogma. Nabi Adam misalnya yang diciptakan dari tanah. Itu sangat tidak realistis dengan pengetahuan yang berkembang saat ini."

Tidak puas, ketika ada mahasiswi yang bertanya tentang temannya yang tidak melaksanakan sholat. Beliau memaparkan bahwa syah-syah saja dalam filsafat. Ketika seseorang tidak melakukan sesuatu yang tidak dia yakini. Berfilsafat adalah kebebasan untuk berfikir tanpa sekat, tanpa batas.

Aku, dalam hati, tentu tidak setuju dengan pernyataan beliau. Sayangnya kelas hari itu cepat berakhir. Aku tak diberi kesempatan lagi untuk mematahkan teori si Dosen, tak kucoba juga untuk menghampiri beliau di luar kelas.

Setidaknya ada satu lagi yang kupegang dari diskusi menarik ini. semakin percayanya aku pada Islam sebagai falsafah hidup, bukan yang lain. Filsafat memang memusingkan, tapi ia seperti dua mata sisi uang. Filsafat bisa menjadi sarana untuk mendapatkan kebenaran juga bisa dengan mudahnya menjerumuskan orang dalam kesalahan berpikir bagi orang yang tidak memiliki prinsip kuat. 

Yah, amannya sebelum seorang muslim mempelajari tentang filsafat, ia telah memegang prinsip. Yang dengan prinsip ini akan membatasi pikiranmu untuk melayang tanpa batas. Yang dengannya menyekat pemikiran-pemikiran yang tak pantas untuk diemban. Telah kutemukan prinsip itu, dan dialah ISLAM.

0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.