0

[Woman's Talk] Semesta Memandang Wanita

Wanita rupamu kini.
Yang lebih sering dijadikan “objek” ketimbang dianggap makhluk mulia.
Yang lebih sering menjadi korban atas kejamnya dunia.
Harga dirimu kini, berada di ujung tanduk.

Ketika kita akan membicarakan tentang wanita, tentu tak akan pernah akan terlepas dari bagaimana semesta memandang wanita. Ada yang memandang baik, tapi tak sedikit ia dicap buruk. Ada yang memuliakan, tapi kebanyakan hanya merendahkan. Semakin dibaca, kelak kau temukan kesedihan akan nasib sepanjang sejarah. Dan inilah bagaimana semesta memandang wanita.

Pada masa jahiliyah, sebelum Rasulullan diutus, wanita tidak lebih dianggap sebagai komoditas yang diperjualbelikan demi kebutuhan nafsu belaka. Pada masa itu, kaum pria boleh menikah wanita sebanyak apapun. Tanpa batas. Asal sekehendak hati. Jika sang pria mati, anak tertua dalam keluarga berhak “mewarisi” janda sang Ayah dan boleh mengawini mereka sekehendak hati.

Pada masa itu jualah kita ketahui kisah memilukan bayi perempuan. Ia dianggap aib yang memalukan keluarga. Oleh karenanya, ketika dipastikan seorang ibu melahirkan bayi perempuan, banyak keluarga yang memilih untuk membunuhnya.

Beranjak dari Arab, singgah dahulu di India. Tersebutlah tradisi sati, yaitu sebuah prosesi membakar diri bagi janda yang ditinggal mati suaminya. Artinya, jika seorang pria yang telah memiliki istri meninggal, maka kontrak hidup sang istri pun juga habis sebagai tanda kesetiaan.

Tak jauh berbeda dengan peradaban Cina kuno. Wanita-wanita selalu berada pada garis akhir. Wanita pun dianggap hanya sebagai pelayan bagi laki-laki. Hak dalam mengenyam pendidikan serta menjadi cendikiawan tak eksis bagi wanita.

Pun ketika kita mengkaji pandangan bangsa Persia dahulu terhadap wanita, maka tersebutlah aturan ketat bagi suami-istri, dimana seorang suami diperbolehkan “meminjamkan” istrinya kepada orang lain untuk mendapat bayaran tertentu.

Dan ketika zaman semakin tua, dunia memasuki era modernitasnya. Ya. Ketika kini, negara-negara Barat menjadi kiblat. Tempat banyak pendapat dianggap elegan dan diterima. Ketika baik-buruk distandartkan pada budaya barat, pandangan semesta terhadap wanita tidak juga mengalami perubahan berarti. Wanita tetap menjadi objek, namun kali ini peradaban membungkus dengan amat cantik kemasannya hingga wanita tak lagi merasakan eksploitasinya.

Wanita dalam ajang kecantikan merupakan contohnya. Ada yang miliki nama Miss Universe, Miss World dan segudang kontes kecantikan lainnya yang mengusung penilaian dengan kriteria beauty, brain, and behavior. Dibalik itu, kontes kecantikan hanya sekedar alat pemuas penonton laki-laki, yang seandainya bisa kita sambungkan akal lelaki ke layar monitor saat ia menonton acara ini.

Dan bagi wanita, yang memang fitrahnya menyukai kecantikan serta gemar dipuji, menjadikan kontes ini sebagai media menyalurkan fitrahnya dengan mengkompetisikan tubuhnya. Wanita, tanpa sadar telah terjajah, dinilai hanya berdasarkan lekuk badan. Dihargai jika ia mampu menghasilkan materi.

Sungguh, tidak akan habis cerita tentang pandangan semesta terhadap wanita. Wanita akan tetap menjadi perbincangan zaman. Zaman yang membicarakan kemalangan wanita tanpa jeda.


Sumber:
Felix Y, Siauw. Yuk, Berhijab!. Bandung: PT Mizan Pustaka. 2013.
Alga, Lucky. Muslimah Semesta. Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing. 2011.


0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.