0
[Woman's Talk] Semesta Memandang Wanita
Posted by Unknown
on
06:00
in
bidadari-bidadari surga,
dunia,
kehidupan mahasiswa,
miss universe,
pandangan,
wanita,
woman's talk
Wanita rupamu kini.
Yang lebih sering dijadikan “objek” ketimbang
dianggap makhluk mulia.
Yang lebih sering menjadi korban atas
kejamnya dunia.
Harga dirimu kini, berada di ujung
tanduk.
Ketika kita
akan membicarakan tentang wanita, tentu tak akan pernah akan terlepas dari
bagaimana semesta memandang wanita. Ada yang memandang baik, tapi tak sedikit
ia dicap buruk. Ada yang memuliakan, tapi
kebanyakan hanya merendahkan. Semakin dibaca, kelak kau temukan kesedihan akan
nasib sepanjang sejarah. Dan inilah bagaimana semesta memandang wanita.
Pada masa jahiliyah, sebelum Rasulullan diutus, wanita tidak lebih
dianggap sebagai komoditas yang diperjualbelikan demi kebutuhan nafsu belaka. Pada
masa itu, kaum pria boleh menikah wanita sebanyak apapun. Tanpa batas. Asal sekehendak
hati. Jika sang pria mati, anak tertua dalam keluarga berhak “mewarisi” janda
sang Ayah dan boleh mengawini mereka sekehendak hati.
Pada masa itu jualah kita ketahui kisah memilukan bayi perempuan. Ia dianggap
aib yang memalukan keluarga. Oleh karenanya, ketika dipastikan seorang ibu
melahirkan bayi perempuan, banyak keluarga yang memilih untuk membunuhnya.
Beranjak
dari Arab, singgah dahulu di India. Tersebutlah
tradisi sati, yaitu sebuah prosesi membakar diri bagi janda yang ditinggal mati
suaminya. Artinya, jika seorang pria yang telah memiliki istri meninggal, maka
kontrak hidup sang istri pun juga habis sebagai tanda kesetiaan.
Tak jauh berbeda dengan peradaban Cina kuno. Wanita-wanita selalu berada
pada garis akhir. Wanita pun dianggap hanya sebagai pelayan bagi laki-laki. Hak
dalam mengenyam pendidikan serta menjadi cendikiawan tak eksis bagi wanita.
Pun ketika kita mengkaji pandangan bangsa Persia dahulu terhadap wanita,
maka tersebutlah aturan ketat bagi suami-istri, dimana seorang suami
diperbolehkan “meminjamkan” istrinya kepada orang lain untuk mendapat bayaran
tertentu.
Dan ketika zaman semakin tua,
dunia memasuki era modernitasnya. Ya. Ketika kini, negara-negara Barat menjadi
kiblat. Tempat banyak pendapat dianggap elegan dan diterima. Ketika baik-buruk distandartkan
pada budaya barat, pandangan semesta terhadap wanita tidak juga mengalami
perubahan berarti. Wanita tetap menjadi objek, namun kali ini peradaban
membungkus dengan amat cantik kemasannya hingga wanita tak lagi merasakan
eksploitasinya.
Wanita dalam ajang kecantikan merupakan contohnya. Ada yang miliki nama Miss Universe, Miss World dan segudang
kontes kecantikan lainnya yang mengusung penilaian dengan kriteria beauty, brain, and behavior. Dibalik itu,
kontes kecantikan hanya sekedar alat pemuas penonton laki-laki, yang seandainya
bisa kita sambungkan akal lelaki ke layar monitor saat ia menonton acara ini.
Dan bagi wanita, yang memang fitrahnya menyukai kecantikan serta gemar
dipuji, menjadikan kontes ini sebagai media menyalurkan fitrahnya dengan mengkompetisikan
tubuhnya. Wanita, tanpa sadar telah terjajah, dinilai hanya berdasarkan lekuk
badan. Dihargai jika ia mampu menghasilkan materi.
Sungguh, tidak akan habis cerita tentang pandangan semesta terhadap
wanita. Wanita akan tetap menjadi perbincangan zaman. Zaman yang membicarakan
kemalangan wanita tanpa jeda.
Sumber:
Felix Y, Siauw. Yuk, Berhijab!. Bandung: PT Mizan Pustaka. 2013.
Alga, Lucky. Muslimah Semesta. Bogor: Al Azhar Fresh Zone Publishing. 2011.
Post a Comment