2

[Ala Rosul] Tegar dalam Dakwah

Ketika dakwah Rasul dan para sahabatnya berpindah dari tahapan dakwah secara sembunyi-sembunyi kepada dakwah secara terang-terangan. Dari tahapan berdakwah kepada orang-orang yang simpati dan siap menerima dakwah, menuju tahapan interaksi dan perjuangan dakwah terhadap masyarakat, dimana benturan ide adalah sebuah keniscayaan. Benturan antara keimanan dan kekufuran. Dimana terdapat reaksi akan aksi menyeru Islam.Dimana reaksi yang banyak timbul adalah reaksi negatif. Kafir Quraisy mulai memerangi dakwah dan menganiaya Rasulullah dengan melancarkan berbagai cara untuk melemahkan dakwah yang secara garis besar melalui tiga sarana. Jika tidak dengan penganiayaan, atau dengan fitnah propaganda, atau dengan pemboikotan kejam tak manusiawi.

Maka tersebutlah cerita berhikmah bagi kita yang kini beraktivitas dalam dakwah. Terlebih bagi kita yang mengalami penentangan dalam aktivitas dakwah. Agar dapat kokoh setegar karang layaknya Rasulullah dan para sahabatnya. Agar tetap menjaga keimanan. Agar Allah senantiasa menetapkan hati di jalan-Nya, demi keridhoan Allah semata.

Di antara mereka, tersebutlah kisah penyiksaan Bilal, budak salah seorang dari Bani Jumah. Di Siang hari yang sangat panas Umayyah bin Khalaf menarik Bilal ke jalan di Mekkah. Ia letakkan batu besar di atas dada Bilal seraya berkata, “Demi Allah, penyiksaan ini akan terus berlangsung sampai kamu mati, atau kamu mengingkari Muhammad dan mau lagi menyembah Lata dan Uzza“. Ditengah kekejaman siksa yang menghimpit hidupnya, tetap tak ada alasan bagi Bilal untuk melepaskan keimanan dalam genggaman hatinya. Ancaman kematian tak mampu meluluhkan ketegarannya dalam dakwah. Maka tak ada lagi yang terlontar dari mulut seorang budak dari Tuhannya kecuali ketauhidan, “Ahad, Ahad...“.

Ketegaran kaum muslim tak hanya sampai pada Bilal, tersebutlah juga budak wanita Bani Muammal yang mendapat siksa dari Umar bin Khathab sebelum masa keislamannya. Sehingga, apabila Umar telah merasa lelah dalam menyiksanya, ia akan berkata dengan nada olokan, “Kuberitahu kau, bahwa aku tak akan menyiksamu hingga aku bosan“.

Tersebutlah jua keluarga Yasir. Amar bin Yasir, Sumayah, serta Yasir rela dijemur di tengah panasnya suhu di Mekkah, disamping mereka juga dipanggang di atas api. Ketika mereka dalam penyiksaan, Rasulullah menyaksikan dengan mata kepalanya bagaimana kekejaman kaum Quraisy terhadap para pengemban Islam. Lalu Rasulullah berkata, “Tetap bersabarlah keluarga Yasir, sungguh telah disediakan untuk kalian Surga!“. Sumayyah menjawab dengan pasti perkataan Rasulullah, bahwa ia telah melihat surga di depan pelupuk matanya. Ya, kenyataan bahwa Sumayyah telah melihat surga melalui matanya menggambarkan besarnya ia mempercayai Rasulullah dan keislamannya. Ia melihat surga melalui keyakinannya. Melalui keimanannya.

Sungguh banyak kisah berhikmah yang mampu kita petik dari perjuangan Rasulullah dan sahabatnya dalam dakwah bahkan melalui kisah seorang budak. Lihatlah Bilal yang dengan status rendah serta kulitnya yang hitam-legam tak mampu menutupi ketinggian dan putinya keimanan kepada Allah. Lihatlah budak wanitanya Umar yang tak pernah bosan dengan kesabaran akan Islam. Lihatlah Sumayyah yang mampu melihat melalu keyakinan dan keimanannya.

Maka sekarang, lihatlah diri kita. Adakah secuil ketegaran dakwah dalam dirimu?



2 Comments


syukron atas nasihat dan kisah ibrahnya...


@Nur Kholis Mansur Syukron juga atas kesediaan untuk membaca. Semoga Allah tetap tegarkan kita semua di jalan dakwah. Aamiin

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.