“Ada suatu masa dimana
kau sangat agung.
Tak hanya dibaca, kau
dihafalkan, dan petunjukmu ramai-ramai diambil.
Tapi itu dulu. Kini, keberadaanmu
banyak dilupakan.
Kedudukanmu yang agung
pun tak tersisa.
Satu-satunya
ketinggianmu kini saat dimana kau sebagai alat sumpah.
Di sisi lain, rupamu
berdebu, tak tersentuh, terabaikan. Hanya sebatas alat pengusir setan. Apakah
maknamu kini lekang oleh waktu?”
Jarang sekali kulihat mahasiswa
membaca Al-Qur’an di kampus, kalau bukan di pelataran masjid atau
mushala-mushala. Yang kini banyak kulihat adalah laptop-laptop menyala yang
berdiri apik di meja-meja taman. Alunan dari ketikannya tak semerdu bacaan yang
terlontar ketika melafadzkan tanda-tanda dalam kitab.
Aku sadar, banyak orang kini tak
mengindahkan firman Allah SWT. Entah apa alasan sesungguhnya. Mungkin karena setan-setan yang semakin gigih berusaha? Ahhh, jangan salahkan keberadaan setan
jika dirimu sendiri serupa dengan mereka. Jahat, tamak dan sombong.