0
[Catatan Harian] Tanya Kenapa
Tulisan ini tidak bisa digeneralisir
dan juga bukan hasil penelitian ―setidaknya penelitian
yang konkret―. Tulisan ini murni berasal dari pemikiran dan kehidupan saya. Ya,
karena ini adalah catatan harian. Catatan kehidupan saya. And here we go...
Apa yang akan
kita bicarakan hari ini adalah tentang kata tanya. Sebegitu pentingnya kah
hingga saya membuat postingan ini? Jawabannya
bisa iya tapi bisa juga tidak. Ini adalah tentang kata tanya yang terkadang
membuat saya tidak nyaman, atau mungkin juga membuat salah satu dari kalian tidak
nyaman.
Dari semua kata tanya ―5w+1H―
saya benar-benar kurang nyaman dengan kata tanya “kenapa“. Apakah benak kalian
sedang mempertanyakan “kenapa“ sekarang? Saya benar kan? Oleh kerenanya postingan ini saya buat dan ini
merupakan daftar panjang alasannya:
Pertama, pertanyaan “kenapa“ memiliki daftar penjelasan hingga daftar jawaban yang
panjang. Menjawab pertanyaan “kenapa“ membuat saya seringkali layaknya membuat
tulisan. Iya, tepat seperti yang sedang saya tuliskan, menjawab alasan kenapa
saya tidak nyaman dengan pertanyaan “kenapa“.
![]() |
www.kongregate.com/ |
Kedua, pertanyaan “kenapa“ seringkali menyiratkan keraguan dari si Penanya,
sedang siapa manusia yang ingin diragukan? Tidak seorangpun saya rasa. Dan saya
termasuk orang yang memiliki pandangan bahwa, setiap orang pantas setidaknya
mendapat satu kesempatan untuk dipercaya karena sebuah proses menuju perubahan
adalah sebuah keniscayaan.
Ini berbeda cerita ketika
pertanyaan “kenapa“ diajukan untuk dirinya sendiri seperti “kenapa harus saya
yang menjalankan amanah ini?“, itu artinya orang di luar sana sudah
mempercayaimu, sedang kamu masih meragukan kemampuannmu. That’s your problem
and you should fix it. Asap.
Ketiga, pertanyaan “kenapa“ mengindikasikan seorang penanya yang kepo. Di satu
sisi, mungkin si penanya hanya ingin sebuah ketegasan bahwa apa yang ada dalam
pikirannya benar, karenanya ia bertanya dengan pertanyaan “kenapa“. Itu masih
bisa ditolerir. Namun yang menjadi masalah adalah apabila si penanya, yang
bahkan mempertanyakan pertanyaan-pertanyaan annoying
yang tidak seharusnya dipertanyakan. I
give up and pray for this people. I mean it.
Keempat, sadarkah kalian? Bahwa banyak ―banget, banget, banget― pertanyaan yang
diawali dengan kata tanya “kenapa” tidak memiliki jawaban atau setidaknya kamu tidak
bisa menjawabnya secara sederhana.
Kalian bisa
mengindera lewat pertanyaan-pertanyaan anak kecil yang masih sangat polos. Seperti pertanyaan, Kenapa burung bisa terbang? Kenapa air tidak berwarna? Kenapa
bumi berputar? Kenapa kelinci hanya dua giginya yang panjang?
Jika sudah berhadapan
dengan pertanyaan ini, saya pikir banyak yang bingung demi menjawabnya dan memilih
menjawab dengan kalimat “dari sananya begitu”, yang sebenarnya tidak menjawab
pertanyaan tersebut. But it’s okay, it’s “why” question.
Keempat alasan
inilah yang akhirnya membuat saya kurang nyaman dan sedikit sensitive untuk menjawab pertanyaan “kenapa”.
Tapi bukan berarti saya mengacuhkan jika ada orang-orang yang mempertanyakan “kenapa”
pada saya. Saya tentu akan menjawab hingga batas yang saya ketahui. Saya rasa
ini hal terbaik yang bisa saya berikan.
Post a Comment