0

[Percikan] Question Mark

Posted by Unknown on 19:59 in , , ,
theemployable.com
Kala kita menapak akhir fase hidup. Sekolah Menengah Atas misalnya. Seringkali seseorang bertanya kepada kita. “Kapan lulus?” atau “Mau lanjut kemana?”. Pertanyaan ini senantiasa membayangi. Terkadang kita mungkin sulit tuk menjawab, jika tujuan kita masih samar atau saat arah masih tak terpetakan. Namun seringkali, hati kita telah mantap hingga diberikan kemudahan untuk menjawab. Sebab setiap kita menapaki tahapan demi tahapan hidup ini, kita tahu pasti kemana kaki akan melangkah dan hati ini telah ikhlas.

Pertanyaan lain juga akan terbersit setelah kaki telah menapak tahapan baru. Saat bertemu seseorang yang baru kau kenal, mesti ia bertanya “Kamu berasal dari mana?” atau “Alumni sekolah mana?”. Untuk pertanyaan ini, keyakinan yang pasti akan tercipta saat menjawab, tak seperti pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Sungguh terlalu jika ada yang tak mampu menjawab, mungkin ia abai atau amnesia sedang melanda.


Dan, ngomong-ngomong tentang pertanyaan ini, dari awal saat membuka mata ternyata kaum muslim telah dibayangi pertanyaan ini. Tiga pertanyaan besar. Bukan untuk menekan hidup ini. Terciptanya pertanyaan ini semata-mata untuk memberi arahan akan hidup. Membuat kaum muslimin belajar tapi tak mengenal kata sombong. Membuat kaum muslim senantiasa penuh visi syarat misi.

Pertanyaan pertama hadir saat manusia mempertanyakan akan eksistensinya. “Darimana kita berasal?”, pertanyaan yang begitu menggelitik. Tapi nyatanya Charles Darwin tak mampu sampai pada jawaban adanya Pencipta. Allah SWT. Ia abaikan tanda-tanda kebesaran-Nya, hasil ciptaan Allah, maka tak ayal jawabannya mengacu kembali pada materi. Manusia berasal dari materi yang mengalami evolusi.

Lantas, ketika kita mantap akan jawaban Allah SWT sebagai pencipta segala makhluk, pertanyaan lain terbersit. “Akan apa kita di dunia?”, seriously, kita pasti tak pernah meminta untuk dilahirkan ke dunia dari rahim fulanah. Semua ini, kelahiran, kematian, rezeki dan jodoh telah Allah atur dalam butir-butir takdir, maka kita tak perlu mempermasalahkan hal itu.

Berbeda jika kita mempertanyakan akan apa yang akan kita lakukan di dunia. Hal-hal yang terkait pahala dan dosa. Allah tak tentukan takdir di sana. Tentu, kita miliki kemampuan tuk memilih. Life is choice, right? Bijaksana tentunya jika waktu yang Allah berikan di dunia tak dilandaskan kesenangan semata.

Last  but not least, pertanyaan “Akan kemana setelah kita mati?” seharusnya menambah kesadaran akan hubungan kita terhadap Allah. Manusia nyatanya tak bernilai apapun jika tanpa Allah yang satu. Allah yang memberi kita kehidupan, Allah pula yang pada saat yang ditentukan akan mengambilnya. Kematian seharusnya cukup menjadi pengingat bagi umat agar bertaqwa dan tetap berada dalam koridor syara yang telah Allah aturkan. Maka, keberadaan Allah SWT bukan hanya sebagai pencipta lantas lepas tangan terhadap hasil ciptaan-Nya. Selayaknya Allah ciptakan bumi dan mengatur peredaran rotasi dan revolusinya, begitu pun manusia, Allah ciptakan kita lalu mengaturnya. Bukan pengaturan langsung memang, akal telah membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Manusia mampu membuat pilihan dalam hidupnya. Maka melalui Qur’an dan sunnah Rasul, Allah memberi arahan.

Kini, tinggal tergantung manusia itu sendiri. Tak terasa memang saat di dunia. Tapi hidup yang sementara seharusnya tak lantas melupakan waktu akhirat yang selamanya. Ada juga hari pembalasan. Saat dimana kita menerima raport yang akan menghantarkan kita pada neraka atau syurga. Ya, itu semua tergantung kita. Pilihan kita. 

0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.