0
[Apa Kabar Indonesia] Ketika Nyawa Tak (Lagi) Berharga
Posted by Unknown
on
16:15
in
apa kabar indonesia,
aturan islam,
khilafah islamiyah,
masalah,
think without the box,
umat terbaik
SONG OF THE DAY
Hadad Alwi - Astagfirullah [ download ]
![]() |
Gambar Google |
Ucap Rasulullah:
“Hancurnya dunia lebih ringan di
sisi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang muslim“ (An-Nasa’i)
Angka kejahatan di
negri ini cukup fantastis. Tahun 2013 lalu, Polda Metro Jaya mencatat ada
51.444 kasus kriminal di Jakarta dan sekitarnya. Satu kejahatan tiap 10 menit
13 detik. Satu pembunuhan terjadi tiap lima hari. Di tahun 2014, Polda Metro
Jaya meramalkan akan peningkatan kasus kriminal.
Semester awal
pertama problematika tahun 2014 pun mulai terjangkiti maraknya kasus
pembunuhan. Kasus berlatar belakang asmara tampaknya menjadi kasus
yang mendapat perhatian cukup besar. Tampaknya kini begitu mudah manusia untuk melakukan
pembunuhan, pemerkosaan, dan perbuatan jahat lainnya demi alasan yang terkadang
tidak masuk di akal.
Inilah yang
menjadi terbetik dalam hati-hati masyarakat Indonesia rasa was-was. Rasa ini
kini menjelma menjadi sahabat akrab yang selalu
Rasa was-was kini telah menjadi sahabat sebagian besar masyarakat.
Kriminolog
Universitas Asyafi’iyah, Masria Pasaribu, mengatakan banyaknya kasus pembunuhan
merupakan suatu fenomena. Masyarakat sangat mudah tersinggung. Ketika ketersinggungan
terus dipelihara, lama-kelamaan menjadi dendam. Tinggal menunggu amarah yang
memuncak.
Faktor
ketidakharmonisan rumah tangga dan faktor kecemburuan juga berperan dalam kasus
berlatar belakang asmara. Bisa jadi faktor ekonomi pun menjadi pemicu
pembunuhan. Jika diperhatikan, faktor yang mempengaruhi berbagai kasus
kejahatan (pembunuhan) di atas berakar dari penerapan sistem sekuler
kapitalistik. Sistem sekuler, yakni sistem yang memisahkan agama dari
kehidupan, tidak memperhatikan keimanan dan ketaqwaan masyarakatnya. Bahkan,
sekulerisme membuat keimanan dan ketaqwaan seseorang semakin tipis.
Sistem
kapitalistik yang berujung pada pemenuhan materi sebanyak-banyaknya menyebabkan
standar kebahagiaan masyarakat berujung pula pada materi. Pagi, siang, sore,
malam sukses membuat masyarakat hanya berkutat pada pencarian materi. Tingkat
stress di masyarakat pun semakin tinggi dan mudah membuat seseorang gelap mata
dan berpikir pendek demi sebuah kejahatan.
Kesemuanya
ditambah sempurna dengan bobroknya sistem hukum pidana dan sanksi yang tidak
mampu mencegah orang berbuat jahat. Dalam sistem hukum buatan manusia yang kini
Indonesia banggakan, orang tidak bisa mendapatkan keadilan seadil-adilnya
keadilan. Hukum seakan seperti pisau yang tumpul ke atas sedang tajam ke bawah.
Tampaknya, selama
sistem buatan manusia, sistem sekuler kapitalistik, tetap dipertahankan, maka
angka kejahatan akan tetap tinggi dan semakin meningkat. Rasa aman tak akan
pernah bersahabat dengan masyarakat Indonesia. Kehormatan dan nyawa seolah
murah, tak berharga, dan semakin mudah dihilangkan.
Think without the box harus dijadikan
jalur alternative untuk menyelesaikan problematika yang sudah tua mengakar. Think without the box artinya kita
mengubah total cara berpikir lama kita, bukan mempertahankan cara berpikir yang
lalu. Berpikir memperbaiki sistem sekuler kapitalistik merupakan cara berpikir
lama yang tetap dipertahankan oleh masyarakat Indonesia hingga detik ini. Merubah
pemikiran ini merupakan Think without the
box dan kembali kepada hal yang mendasar.
Sebuah hal yang
mendasar bahwa kita adalah makhluk yang diciptakan oleh Pencipta. Seorang
pencipta tentu mengetahui luar dalam hasil ciptaannya. Begitu pun dengan
manusia yang merupakan hasil ciptaan Allah SWT. Allah SWT yang telah meridhoi
Islam sebagai agama. Pun telah menurunkan aturan hidup bernama Al-Qur’an demi
mengarahkan manusia kepada kebahagiaan hakiki.
Islam merupakan Think without the box yang dibutuhkan
masyarakat Indonesia. Islam memandang bahwa kehidupan masyarakat dibangun berlandaskan aqidah
Islam, iman dan taqwa. Kesemuanya wajib dijaga dan dipelihara oleh Negara.
Islam pun miliki
aturan komprehensif untuk mencegah dan menekan faktor-faktor atas kasus
kriminalitas. Penerapan sistem ekonomi Islam membuat distribusi harta terjadi
secara merata dan berkeadilan. Bukan sama rasa, sama rata atau yang makin kaya
makin kaya dan yang miskin makin miskin. Islam pun menjamin tersedianya
lapangan pekerjaan untuk rakyat secara riil. Kebutuhan primer terpenuhi secara
mutlak kepada setiap individu.
Penerapan ini
tak hanya sebatas pada penerapan ekonomi Islam, tapi kesemuanya telah diaturkan
oleh Islam secara sempurna. Kemudian sistem sanksi dan hukum Islam menjadi finishing touch yang mampu
menyempurnakan kemaslahatan masyarakat.
Misalnya saja
kasus pembunuhan yang terjadi. Dalam Islam, orang yang membunuh dengan sengaja,
dihukum qishash kecuali dimaafkan oleh ahli waris korban, dan dia harus
membayar diyat 100 ekor unta, 40 diantaranya sedang hamil. Dan jika tak
disengaja, pelaku harus membayar diyat 100 ekor unta atau 1.000 dinar (sekitar
Rp2miliar).
Aturan yang
katanya kejam namun terbukti ampuh menekan angka kejahatan. Pasalnya, aturan
inilah yang membuat efek jera dan pencegahan orang untuk berbuat kejahatan
lagi. Pun aturan ini tak berbasis pada kepentingan siapapun, karena Allah tak
pernah punyai kepentingan terhadap manusia. Tegaknya Islam secara kaaffah
adalah sebuah keniscayaan dan janji Allah, jika dan hanya jika manusia berpikir
untuk menjemputnya.
Post a Comment