0
[Catatan Harian] Tak Pernah Sempurna
SONG OF THE DAY
Gita Gutawa - Sempurna [ download ]
Kita sebagai manusia pasti paham bahwa kita tak mampu mencapai
kesempurnaan. Tapi, tak mencapai kesempurnaan bukan berarti tak mencoba untuk
melakukan yang terbaik bukan? Jika kita mampu melakukan yang terbaik, artinya
kita mampu melakukannya mendekati sempurna.
Tapi ada satu yang tak pernah kita mampu mendekati kesempurnaan. Bukan
berarti kita tak mampu. Hanya saja, ada faktor “x” yang menghalangi kita
mencapai hampir sempurna. Aku pun baru menyadarinya…
Minggu lalu, aku mendatangi sebuah majelis ilmu yang diadakan setiap
bulannya oleh Hizbut Tahrir Indonesia wilayah Bandung dengan berbagai tema yang
sedang hangat-hangatnya dibahas. Dan minggu
lalu, tema yang dibahas adalah tema seputar “Pemilu, Demokrasi, dan Perubahan”.
Aku
takkan membahas secara mendetail dan memanjang apa yang disampaikan oleh dua
pembicara keren tersebut. Hanya saja, selepas dari acara tersebut pikiranku
selalu terbayang akan dua pertanyaan yang dilontarkan oleh pembicara kedua,
Ust. Dwi Condro. Pertanyaan ini, jujur saja, membuat aku takut dan gelisah
memikirkan masa depanku kelak. Hanya dengan dua pertanyaan sederhana.
Pertama,
apakah yakin kita mampu bertaqwa secara sempurna?
Kedua, apakah yakin kita akan masuk surga-Nya?
Aku tak yakin diri ini mampu bertaqwa secara sempurna sekeras apapun aku
berusaha. Di atas aku telah menyinggung terkait faktor “x” yang menjadi sebuah
sekat penghalang. Satu contoh kecil saja, Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba. Tapi kini, riba menjadi daya tarik utama masyarakat
untuk menabung karena memang menguntungkan.
Bahkan
Rasulullah pernah berkata dari Abu Hurairah,
“Sungguh akan datang pada manusia suatu
masa (ketika) tiada seorangpun di antara mereka yang tidak akan memakan (harta)
riba. Siapa saja yang (berusaha) tidak memakannya, maka ia tetap akan terkena
debu (riba)nya.” (HR. Ibnu Majah, hadits No.2278 dan
Sunan Abu Dawud, hadits No.3331)
Dan penggambaran masa tersebut persis seperti yang sedang terjadi
sekarang. Aku, sebagai seorang muslim memang sudah mengantisipasi dengan
menyimpan uang di Bank Syariah dan antisipasi lainnya agar tak dekat-dekat
dengan virus riba, tapi saat aku sebagai mahasiswa ingin mendapatkan beasiswa,
persyaratannya tetap saja aku harus membuka rekening bank konvensional. Dengan
begini, taqwaku pada Allah tak akan pernah genap 100%. Dosaku saja mungkin
telah menggunung, ditambah lagi dosa investasi yang disebabkan oleh lingkungan
dan aturan yang tidak Islami.
Lantas bagaimana aku berani memasuki surga-Nya dengan ketaqwaan yang
seperti ini? Memang setiap kaum muslim akan dihadiahi surga Allah setelah
dilakukan penyucian akan dosanya. Di neraka. Dan seberapapun aku membayangkan.
Aku rasa aku tak akan pernah sanggup.
Semoga Allah ampunkan atas dosa yang tak sengaja terlaksana, atas
ketaqwaan yang tak pernah sempurna, atas pembangkangan terhadap aturan Allah
yang diganti dengan aturan buatan manusia.
Post a Comment