0
[Percikan] Cinta Terkadang Melihat pada Peta yang Berbeda
Bagaimanakah caramu
untuk mencintai?
Seperti layaknya banyak
jalan menuju Roma,
Pun dengan mencintai,
ada banyak cara
Tergantung bagaimana
orang itu menyikapinya...
Aku takkan membahas, cinta demi
manusia. Khususnya cinta antar lawan jenis. Yang akan kutekankan di sini adalah
cinta karena Allah. Cinta yang sesungguhnya. Cinta yang terkadang sulit karena
abstrak. Tapi tak jarang makhluknya yang bisa mencintai melebihi dirinya
sendiri.
Sebagaimana Musaib bin Umaer yang rela meninggalkan harta melimpah demi
Islam. Abu Bakar yang menyumbangkan seluruh hartanya demi dakwah. Keluarga
Yasir yang hingga akhir sabar menanti surga-Nya. Dan Bilal yang senantiasa
melantangkan Ahad saat disiksa. Atau muslim Suriah dan Palestina yang rela
syahid demi menyanjung Agama-Nya. Cinta seperti ini, cinta tiada batas.
Tapi dibalik itu, ada sebuah kisah di negri Indonesia. Kisah itu
menceritakan bagaimana orang-orang disana mencintai Allah, dengan cara yang
berbeda-beda. Mereka membentuk kelompok seperti difirmankan oleh Allah,
“Dan hendaklan ada
diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan , menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” (Q.S. Ali ‘Imran : 104)
Atas dasar ini mereka bergerak. Mengemban dakwah tertinggi. Dakwah karena
Allah. Mereka berlomba-lomba untuk membuktikan cinta kepada-Nya. Tentu jalan
untuk meraih cinta-Nya haruslah tepat. Karenanya kita memiliki master plan,
Al-Qur’an dan suri tauladan, Rasulullah. Maka tatkala cinta yang diperjuangkan sesuai
dengan Al-Qur’an dan sunnah, maka cintanya suci lagi benar. Namun jika ia
keliru, maka cinta pun tertolak.
Tentu, kelompok-kelompok ini memiliki dalil masing-masing dalam pola
pergerakannya. Ada yang dengan membangun pendidikan di Indonesia. Ada yang
dengan membangun kepedulian di tengah-tengah apatisme kaum muslim. Ada yang
masuk ke dalam parlemen. Pun sebaliknya ada yang memilih berada di luar
parlemen. Memastikan dirinya bersih dari sistem yang kotor. Caranya pun
beragam. Ada yang hard power atau pun
yang soft power.
Segalanya tidak masalah. Jika cinta mereka sesuai dengan Al-Qur’an dan
As-sunnah. Jika mereka mengambil dalil dari nabi terdahulu, itu tertolak. Ketika
metodenya tak sama dengan Rasul, maka tertolak. Jika caranya hanya terus
menerus pragmatis dan bertahap itupun tak bisa membangkitkan.
Begitulah cinta, banyak caranya. Namun satu yang benar-benar sejalan dengan Rasulullah. Ketika fiqrah dan thariqohnya jelas, pengembannya yang benar-benar ikhlas, pun ikatan yang terjalin pada sesamanya berlandaskan aqidah. Maka akan tercipta kesatuan suara. Tak pernah terpecah belah.
Begitulah cinta, banyak caranya. Namun satu yang benar-benar sejalan dengan Rasulullah. Ketika fiqrah dan thariqohnya jelas, pengembannya yang benar-benar ikhlas, pun ikatan yang terjalin pada sesamanya berlandaskan aqidah. Maka akan tercipta kesatuan suara. Tak pernah terpecah belah.
Post a Comment