0

[Catatan Harian] How I Met Hizbut Tahrir? Part 2

Posted by Unknown on 15:18 in , , , , ,

Aku pulang kekostan dengan kekecewaan yang masih terasa. Berdo’a demi yang terbaik untukku. Kemudian seorang teteh dari kostanku mengajakku untuk mentoring. Jujur saja saat itu aku dilema. Aku tahu background apa yang berada dibaliknya. Tapi entah keyakinan dari mana aku akhirnya menerima tawaran beliau. Mungkin salah satunya perkataan dari seorang guru. “Kehidupan kampus nanti akan senantiasa banyak gerakan-gerakan Islam. Jangan memandang salah satunya benar dan yang lainnya salah dan menyimpang. Perbedaan adalah sunatullah. Tempatkan hatimu untuk menentukan pilihan yang benar.”


Demikianlah aku memulai mentoring pertama di kampus. Mentoring pertama yang jauh dari bayanganku. Pertama kalinya, aku sudah dicekoki dengan sebuah ayat yang Al-Qur’an yang harus aku baca. Al-Ahzab: 59. Surat yang berisi tentang kewajiban untuk berjilbab. Katanya jilbab itu berbeda dengan kerudung. Satu pemikiran lamaku diruntuhkan, dan diambil alih dengan pemikiran yang benar. Aku yakin akan kebenarannya karena ditopang dengan bukti berupa Al-Qur’an dan Sunnah serta beberapa pengertian menurut imam-imam besar.

Tapi tetap, walaupun nurani dan akalku menurut hanya saja egoku yang menang. Aku tak mau memakai pakaian seperti itu. Tua. Tidak modis. Dan anti-mainstream. Saat itu hanya sedikit yang mengenakan pakaian tersebut dan isu terorisme merebak berkembang. Aku takut. Ada saat dimana akhirnya aku mau dan mampu untuk memakainya. Perjuangan yang lumayan. Untung saja perubahan luarku disambut positif oleh ayah dan ibu. Aku tak seperti mereka yang sampai harus bertengkar dengan orangtuanya demi teguh memakai jilbab. Aku pernah mendengar, ada salah satu senior yang harus menerima perlakuan kasar ayahnya. Jilbab dan kerudungnya dibakar. Ada juga yang harus bersusah payah bekerja karena tak lagi dibiayai orangtuanya. Subhanallah.

Aku semakin tenggelam dalam mengkaji Islam. Islam yang aku pelajari sangatlah menyeluruh. Tidak hanya mengkaji islam sebagai ritual juga tak hanya mengkaji Islam dari keluhuran akhlaknya. Mentoring yang kujalani berlangsung mulai dari pengokohan aqidah, islam sebagai ideologi, keterikatan terhadap hukum syara, hingga dakwah secara jama’ah. Aku juga mengkaji tentang aturan-aturan Allah yang sempurna mengatur individu, masyarakat, bahkan negara. Pengaturan inilah yang saat ini terlupakan pada diri-diri kaum muslimin. Ini yang kami dakwahkan, “melanjutkan kehidupan Islam“.

Dalam perjalanan aku mengkaji dalam jama’ah ini. Tidak lurus-lurus saja. Seorang teman pernah menyatakan keberatannya saat aku mengkaji dalam jama’aah ini. Ia mengirim sebuah pesan di facebook. Pesan panjang dari sebuah artikel yang intinya mengatakan bahwa setiap yang memasuki jama’ah ini bagai sapi yang dicucuk hidungnya mau dibawa kemanapun. Terdoktrin secara sempurna.

Jujur saja aku terluka dengan pandangannya terhadap Hizbut Tahrir. Penilaiannya tidak objektif. Belum-belum ia mengkaji Islam ideologis, ia sudah berani mengcopy artikel yang ia sendiri belum tahu kebenarannya.

Aku memang bodoh dan pikiranku amatlah sederhana. Hanya dengan dalil mutawatir sederhana, hatiku telah tunduk. Aku telah terdoktrin. Doktrin yang membuatku menggunakan akal sehatku. Yang menuntun hatiku untuk mencari kebenaran hakiki, bukan sebuah pembenaran. Dan aku bersyukur akan kebodohanku saat itu. Hingga saat ini masih sangat-sangat bersyukur.

0 Comments

Post a Comment

Copyright © 2009 Catatan Kecil Untuk Dunia All rights reserved. Theme by Laptop Geek. | Bloggerized by FalconHive.