0
[Percikan] Esensi Sholat Berjamaah
SONG OF THE DAY
Ar-Royyan - Shalatlah [ download ]
![]() |
gambar google |
Rasulullah saw. pernah
berucap:
“Jika
seseorang berwudhu dengan sempurna, lalu pergi untuk shalat berjamaah, maka
tidaklah dia mengayunkan langkahnya melainkan bagi setiap ayunan langkahnya
Allah SWT mengangkatnya satu derajat dan menghapus darinya satu keburukan…” (HR Muslim, Abu Dawud,
an-Nasa’I dan Ibn Majah)
Banyak hadits yang menjelaskan tentang keutamaan sholat
berjamaah di masjid bagi seorang muslim. Aktivitas sholat berjamaah senantiasa
diajarkan oleh Rasulullah, para sahabat, dan generasi setelah beliau. Rasulullah adalah
contoh yang tak pernah absen melaksanakan sholat berjamaah. Bahkan ketika
hamper wafat, dan sebelumnya beberapa kali pingsan, beliau tetap berupaya untuk
sholat berjamaah di masjid walau dalam keadaan dipapah oleh Abbas ra. dan tak
bisa mengimami sebagaimana biasanya hingga Abu Bakar pun menggantikan posisinya
sebagai imam sholat.
Esensi sholat
berjamaah dalam hadits di atas tentu sangat menggiurkan bagi kaum muslim yang
tujuan jangka panjangnya adalah syurga. Boleh jadi seringkali kita sangat
mengusahakan hal-hal yang berhubungan dengan duniawi sedang tak
bersungguh-sungguh dalam perkara akhirat. Padahal, keuntungan akhirat adalah
abadi dan tak ternilai, sedang sebesar apapun keuntungan duniawi, ia takkan
kekal dan masih bisa dihitung.
Pun ketika sholat
berjamaah kita laksanakan, sebagaimana disebutkan dalam hadits, para malaikat
ikut meng’aamiin’kan setiap surat Al-Fatihah selesai di baca, juga saat do’a
dipanjatkan setelah sholat usai.
Jika Rasul adalah
contoh yang sangat jauh terjangkau. Maka contohlah Muhammad bin Samma’ah, seorang ulama
shalih terkenal. Beliau sangat menjaga shalat berjamaah hingga menjelang
wafatnya pada usia 103 tahun. Dalam usia senjanya, beliau masih mampu
menunaikan shalat sunnah puluhan rakaat setiap harinya. Beliau pernah berkata,
“Selama 40 tahun saya tidak pernah ketinggalan takbir yang pertama bersama imam
dalam shalat berjamaah. Hanya sekali saya ketinggalan mengikuti takbir yang
pertama, yaitu saat ibu saya wafat, karena saya sibuk mengurus jenazah beliau.“
(Al-Kandahlawi, Fadha’il al-A’mal,
hlm.47)
Memang, sholat berjamaah merupakan ibadah sunnah, namun
termasuk sunnah yang diutamakan. Rasulullah bahkan mencela bagi yang tidak
menunaikan. “Siapa saja yang mendengar seruan azan (di masjid), tapi tidak
memenuhinya tanpa suatu uzur pun, maka sholat yang dikerjakannya (di rumah)
tidak akan diterima.“ Para sahabat bertanya, “Apa uzurnya?“ Jawab beliau,
“Ketakutan dan sakit.“ (HR Abu Dawud dan Ibn Hibban)
Dengan hadits bernada ‘keras‘ di atas, wajarlah jika
sebagian sahabat dan generasi salaf memandang sholat berjamaah di masjid wajib
bagi mereka yang kebetulan tinggal di rumahnya, dan meninggalkannya adalah
haram. Imam Hanafi, misalnya, berpendapat bahwa orang yang shalat sendirian di
rumah, dan tidak berjamaah di masjid, maka meski shalatnya sah, ia tetap
berdosa.
Maka, jika keutamaan ini tidak kita raih sekarang. Lantas
kapan lagi? Apakah kaum muslim sanggup menahan dosanya?
Post a Comment