0
[Percikan] Takut hanya kepada Allah
Posted by Unknown
on
06:48
in
demokrasi,
keimanan,
keliru,
khilaf,
khilafah islamiyah,
manusia,
percikan
SONG OF THE DAY
Shaffix - Manusia [ download ]
![]() |
gambar google |
“Ummul mukminin Aisyah ra. pernah menuturkan,
bahwa apabila langit mendung, awan menghitam, dan angina kencang, wajah baginda
Nabi saw. yang biasanya memancarkan cahaya akan terlihat pucat pasi karena
takut kepada Allah. Beliau lalu keluar dan masuk kemasjid dalam keadaan gelisah
seraya berdo’a (yang artinya), “Ya
Allah…. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan hujan dan angin ini, dari
keburukan apa saja yang dikandungnya dan keburukan apa saja yang dibawanya.”
Aisyah ra. bertanya,
“Ya Rasulullah, apabila lagit mendung, semua orang merasa gembira karena
pertanda hujan akan turun. Namun, mengapa engkau tampak ketakutan?”
Nabi saw. menjawab,
“Aisyah, bagaimana aku dapat meyakini bahwa awan hitam dan angina kencang itu
tidak akan mendatangkan azab Allah? Kaum ‘Ad telah dibinasakan oleh angina
topan. Saat awan mendung, mereka bergembira karena mengira hujan akan turun.
Padahal Allah kemudian mendatangkan azab atas mereka.” (HR Muslim dan
at-Tirmidzi)
Subhanallah! Sudah seberapa
tinggi rasa takut kita kepada Allah jika dibandingkan dengan Penghulu Baginda
Rasulullah saw? Tak ada yang menafikkan bahwa Rasulullah adalah kekasih yang
paling Allah cintai. Maka mustahil jika Allah memberikan azab padanya. Hanya saja,
dengan jaminan kecintaan Allah terhadap beliau, tidak lantas rasa takut beliau
kepada Sang Pencipta gugur.
Berbeda dengan manusia
kekinian yang sama sekali tak miliki jaminan masuk surga, malah sedikitpun tak
ada rasa takut kepada-Nya. Bahkan, banyak manusia yang kini lebih takut pada
sesama manusia dibanding Sang Pencipta. Misalnya saja dalam skup perkuliahan,
mahasiswa baru banyak yang kemudian takut kepada para seniornya.
Lebih dari itu, rasa
takut pun tampaknya tak dimiliki oleh para pemimpin kaum muslimin. Di awal 2014
saja, berbagai bencana telah melanda negri ini, banjir, gunung meletus, tanah
longsor, kebakaran hutan, gempa bumi hingga berbagai kecelakaan alat
transportasi. Namun tak terbersit sedikitpun rasa takut di dadanya. Bencana
dianggap hal biasa dan hanya sekedar takdir Allah yang harus diterima dengan
sabar, ikhlas, dan lapang dada, kemudian lewat begitu saja.
Tak ada pikiran terlintas,
bahwa bencana ini merupakan akibat dari kelalaian manusia terhadap hukum-hukum
Allah. Sentilan Allah akan kemaksiatan yang terus saja manusia lakukan.
Alih-alih berpikir
demikian, manusia tetap saja dalam keadaan yang semula. Tak mengambil pelajaran
berharga dari sebuah kejadian. Korupsi tetap menjadi kasus harian. Miras dan
lokalisasi masih dilegalkan. Riba dihalalkan berdalih keuntungan. Masyarakat
Indonesia tetap saja ada yang miskin, tak berpendidikan, terlantar. Seakan
fenomena ini sengaja dipelihara oleh Pemerintah yang sibuk mengeruk kekayaan
dari uang rakyat.
Jangankan dosa
investasi yang tersistematis oleh aturan sok tahu manusia. Dosa individu pun
tak tahu malu dilakukan. Tak sholat, tak menutup aurat, tak membayar zakat. Naudzubillahimindzalik. Benar-benar tak
takut melakukan sesuatu yang diharamkan oleh Allah.
Maka pupuklah rasa
takut kepada Allah mulai dari sekarang. Detik ini juga. Berkacalah melalui generasi pendahulu
Islam. Rasa takut mereka kepada Allah bukan karena kemaksiatan yang mereka
lakukan ―karena mereka bukan tipe pembuat maksiat―, atau karena kewajiban yang
mereka tinggalkan ―karena taka da kata lalai dalam kamus mereka―. Rasa takut mereka
terbetik hanya karena perasaan berlebih akan kekurangan mereka dalam
menjalankan ibadah sunnah ―padahal mereka ahlinya―, atau dalam bersedekah
―padahal mereka paling pemurah―, atau dalam meninggalkan hal-hal yang mubah
―padahal tak ada perkara mubah yang mereka dekati―.
Post a Comment