0
[Percikan] Adab: Bagian dari Hukum Syara
![]() |
imamluqman.wordpress.com |
Penanaman adab dan sopan santun merupakan hal yang sangat
penting dalam Islam karena bagian dari hukum syara. Adab dan sopan santun ialah
bagian dari akhlak Islam yang diperintahkan Rasulullah. Adab dan sopan santun
laksana perhiasan yang menambah keindahan pribadi kaum muslim, baik dalam
beribadah, bermuamalah dengan orang lain, maupun terhadap pribadi kaum muslimin
itu sendiri.
Adab dan sopan santun sendiri tercipta akibat habit yang dilakukan secara berulang. Usia
masa perkembangan anak dirasa pas sebagai penanaman habit terkait adab dan sopan santun. Penanaman adab dan sikap sopan
santun sejak dini kepada anak akan memunculkan akal pikiran yang efektif. Seperti
yang Rasul anjurkan dalam sabdanya, “Jika
anak telah mencapai usia enam tahun, hendaklah ia diajari adab dan sopan
santun.“ (HR. Ibnu Hibban).
Menanamkan adab dan sopan santunpun tidaklah sulit,
karena anak merupakan copycat orang
tuanya. Maka orang tua memiliki andil besar dalam menumbuhkan adab dan sopan
santun pada anak. Kasarnya, orang tua yang tidak dekat dengan adab dan sopan
santun, maka anaknya pun setali tiga uang. Tidak berbeda.
Oleh karena itu, diperlukan kiat-kita demi berhasilnya
penanaman adab dan sopan santun terhadap anak. Lagipula orang tua laksana brain washer terbaik demi mencuci dari
kotornya pengaruh lingkungan. Kiat-kita tersebut adalah:
Pertama, tanamkanlah akidah yang kuat pada anak. Anak haruslah
mengerti bahwa ia merupakan hamba Allah yang wajib tunduk akan hukum syara. Dimana
hukum syara adalah kado terindah ―sempurna dan istimewa― yang Allah berikan
sebagai bekal hidup manusia di dunia yang kurang baik. Maka apapun hukum syara
yang Allah aturkan pada manusia, si anak akan tertanam rasa ikhlas melakukan
amal sholeh.
Kedua, tanamkan pemahaman bahwa adab dan sopan santun
merupakan bagian dari hukum syara.
Ketiga, ajarkanlah keteladanan Rasulullah dalam memelihara adab
dan sopan santun. Sungguh Rasulullah adalah pemberi teladan terbaik. Tuturkanlah
kisah-kisah keteladanan beliau sebelum ia tidur. Bagaimana Rasulullah makan dan
minum menggunakan tangan kanan serta dalam keadaan duduk. Cara berpakaiannya. Demikian
pula adab dan sopan santun yang berkaitan dengan orang disekitar Rasulullah,
seperti selalu berkata-kata baik dan lemah-lembut, tidak kasar, tidak menyela
atau memotong pembicaraan, menghormati orang tua dan orang yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda, serta mendahulukan yang lebih tua, dsb.
Keempat, kisah-kisah keteladanan Rasulullah tidak cukup. Anak memerlukan
contoh yang lebih nyata, maka keteladanan orang tua dan orang-orang disekitar
anak sangatlah penting. Jika orang tua berada dalam posisi keteledanan yang
minim, maka ubahlah satu demi satu perilaku orang tua menjadi lebih baik.
InsyaAllah, anak-anak pun akan berangsur-angsur menjadi baik.
Kelima, biasakanlah mengucapkan kalimat thayyibah agar anak tak ada kesempatan untuk berkata kotor lagi sia-sia.
Di antara kalimat thayyibah yang
biasa diajarkan, misalnya, kalimat basmallah
untuk memulai segala perbuatan baik; istighfar
bila anak melakukan kesalahan; subhanallah
bila melihat pemandangan yang bagus; masya
Allah jika mendapatkan sesuatu yang menakjubkan; inna lillahi jika mendapatkan musibah, dsb.
Biasakan juga anak sejak dini untuk mengungkapkan
kata-kata sopan dalam berinteraksi misalnya, menggunakan kata „tolong“ saat
meminta bantuan; „terimakasih“ saat menerima bantuan atau pemberian; dan „maaf“
saat berbuat salah. Dan semua ini harus orang tua yang memulainya.
Keenam, jauhkan anak dari lingkungan yang buruk. Meski di rumah
anak telah terlatih dengan adab dan sopan santun, tidak dipungkiri bahwa
lingkungan luar rumah juga mampu melatih dan mendidik anak. Dan out-putnya pada anak tidak selalu baik. Oleh
karena itu, orang tua, terutama ibu, harus pandai-pandai mengarahkan lingkungan
baik tempat anak bersosialisasi. Berikan penjelasan serta nasihat yang mudah
dimengeri dan dicerna anak.
Ketujuh, selektiflah orang tua dalam memilihkan program tayangan
media untuk anak. Ibu memang seorang yang melahirkan seorang anak. Namun jika
ada pertanyaan, “Siapakah Ibu yang mendidik anak?“ jawabannya bisa bukan kita
sebagai orang tuanya. Televisi dengan acara-acaranya bisa saja merupakan ibu
yang paling besar pengaruhnya dalam mendidik adab dan sopan santun seorang anak.
Ibu yang paling konsisten. Tidak pernah absen. Setia setiap saat demi menemani
anak selama 24 jam penuh tanpa anak minta. Betul?
Maka bijaklah dalam memilih tontonan yang beredukasi demi
anak. Seperti kisah-kisah nabi dan rasul, lagu-lagu penambah ketaqwaan anak,
visualisasi do’a atau murotal Al-qur’an, dsb. Atau tak ada salahnya
bagi orang tua untuk tidak memiliki televisi di rumahnya.
Kedelapan, bijaklah dalam memberi
peringatan atau nasihat bila anak menyalahi hukum syara. Berikan nasehat dengan
landasan filosofisnya. Ajaklah anak untuk berpikir dan janganlah terburu-buru
menyalahkan sang anak. Koreksilah terhadap didikan yang telah kita lakukan
hingga anak melakukan penyimpangan terhadap hukum syara.
InsyaAllah jika adab
dan sopan santun ditanamkan di setiap anak-anak kaum muslim yang lahir dari Rahim
orang tua yang juga sempurna adab dan sopan santunnya, kita akan mendapati
generasi penjaga Islam terpercaya, yang akan mengemban Islam secara sempurna. Anak-anak
yang haus akan kejayaan peradaban Islam.
Post a Comment