2
[Dialogue] Dari Sananya
Malam selasa minggu lalu, seperti
biasanya kamar kostku kedatangan seorang teman yang ingin menginap. Selalu.
Karena esok paginya ia akan melaksanakan agenda rutinan mingguannya. Dan
seperti biasanya kita akan mengobrol hingga larut malam. Rekor kami adalah
malam lalu, karena obrolan ngalor ngidul
kami bertahan hingga 00.30 WIB. Banyak memang yang kami bicarakan, salah
satunya adalah pembicaraan mahasiswi yang kuliah dalam bidang kebahasaan
tingkat akhir. Skripsi. Jika aku mengambil linguistik sebagai penjurusan,
temanku ini mengambil literatur. Makanya obrolan kami sangat seru.
N :
“Skripsi kamu udah sampe mana?“
Nisya : “Aku ngulang lagi euy. Katanya skripsi aku lebih ke fikom.“
N :
“Yaah, sayang banget..“
Nisya : “Iya. Dan dititik ini aku agak sensitif sama orang yang ngasih
semangat ke aku. Ari skripsi kamu judulnya apa?“
N :
“Kalau ngga tentang analisis tokoh atau ngga tentang patriarkial.“
Nisya : “Udah ada datanya.“
N :
“Udah dong. Kalau yang analisis tokoh, aku ambil buku “Dracula“ yang minggu
lalu aku bawa. Kamu ngerasa bahwa tokoh dracula selalu diidentikkan dengan
antagonis khan? Tapi coba deh pikir, mungkin aja dia bukan tokoh antagonis.
Keadaan yang membuat dia menjadi tokoh antagonis. Kalo keadaan-keadaan yang
membuat dia jadi tokoh antagonis dicerabut, mungkin dia ngga akan jadi tokoh
antagonis.“
Nisya : “Maksud kamu gini bukan? Tokoh drakula selalu diindentikkan
jahat karena dia menghisap darah manusia. Tapi kalo kita mengubah persepsi
kita, bahwa sosok drakula memang tidak ada kuasa apapun selain menghisap darah
manusia, maka pandangan kita akan berubah?“
N :
“Yup betul sekali.“
Nisya : “Make sense. Seru nih buat
dijadiin skripsi. Kalo tentang patriarkial.“
N :
“Itu juga aku udah baca buku. Penulisnya perempuan yang satu sisi ingin
mengubah budaya patriarki, tapi malah akhirnya dia malah harus menurut juga
akhirnya dengan budaya ini.“
Nisya : “Kalo menurut aku budaya patriarki dalam sudut pandang perempuan
sebagai makhluk terdzalimi udah biasa. Coba deh kamu
pake sudut pandang laki-laki terhadap budaya ini. Misalnya kemaren
pas aku ke pesta buku bandung, lagi ada bedah buku “Atirah”. “Atirah“ ini buku
biografi yang menceritakan ibunya JK. Bagaimana JK memandang ibunya yang
mengalami dampak budaya patriarki, dalam hal ini poligami.“
N :
”Bukunya bahasa inggris?”
Nisya : ”Haha, sayangnya bukan.”
N :
”Tapi kalo dalam sudut pandang laki-laki jatohnya, dia akan memandang budaya
patriarki dan di satu titik, ia yang akan menjadi pelaku patriarki.